Iklan

wonosoboclick.com
Jumat, 01 Agustus 2025, 19.24.00 WIB
Last Updated 2025-08-02T02:24:33Z
Catetan DolanMisteri

Dahulunya Inilah Desa Paling Angker di Wonosobo

Kaliguwo adalah sebuah desa yang terletak di kecamatan Kaliwiro, kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Indonesia.

Jauh sebelum dikenal sebagai sebuah desa, wilayah Kaliguwo adalah daerah yang susah di tinggali di muka bumi. Bukan sekadar hutan, melainkan belantara terkutuk yang menyimpan aura mistis. Pohon-pohon raksasa menjulang seperti cakar-cakar yang ingin menggapai langit, sementara akarnya yang kokoh mencengkeram tanah dengan rakus. Namun, yang paling menakutkan adalah bebatuan-bebatuan purba yang tersebar di mana-mana. Batu-batu itu seolah olah tidak diam, melainkan berlubang, menganga seperti mulut-mulut goa yang menjadi sarang bagi makhluk yang tak terperikan. Siang hari, lubang-lubang itu gelap dan senyap. Namun saat malam tiba, dari sanalah terdengar bisikan dan desahan yang bisa membuat bulu kuduk berdiri.

Di tengah kekacauan zaman penjajahan, kelaparan dan ketakutan memaksa banyak orang melarikan diri dari kampung halaman mereka. Mereka adalah jiwa-jiwa tersesat yang mencari perlindungan, namun takdir justru membawa mereka ke ambang hutan terkutuk ini. Di antara mereka, ada enam sosok dengan kekuatan batin yang luar biasa: Simbah Samparangin (Rana Pati), Simbah Kantong Praya, Simbah Dawud, Simbah Gendong Lontong (Mbah Gede), Simbah Tongkok, dan Simbah Kitit.

Mereka bukanlah orang biasa. Mereka adalah para sesepuh yang menguasai ilmu kanuragan dan kebatinan tingkat tinggi. Sadar bahwa mereka telah memasuki wilayah yang dikuasai kekuatan gaib, mereka tidak punya pilihan selain bertarung atau ditelan oleh kegelapan. Dengan menyatukan kekuatan, mereka mendirikan padepokan bukan hanya sebagai tempat tinggal, tetapi sebagai benteng pertahanan dari teror yang mengintai di setiap sudut hutan.

Seiring waktu, keturunan mereka semakin banyak. Hutan itu harus ditaklukkan, dan wilayahnya harus diberi nama sebagai tanda kekuasaan manusia atas tanah angker itu.

Kelahiran Kaliguwo, Jantung Ketakutan: Simbah Samparangin, yang juga dikenal sebagai Rana Pati (Raja Kematian), adalah orang pertama yang berani berhadapan langsung dengan sumber teror utama: kawasan dengan bebatuan berlubang yang paling banyak. Ia tidak lari, melainkan menatap ke dalam kegelapan lubang-lubang itu dan menamainya Kaliguwo (Sungai Goa). Nama itu adalah sebuah pengingat abadi akan gua-gua misterius yang menjadi denyut nadi keangkeran dan mistisnya tempat itu.

Simbah Kantong Praya tahu bahwa kekuatan fisik saja tidak cukup. Untuk melawan kegelapan, diperlukan cahaya iman. Ia mendirikan sebuah padepokan pengajian yang kokoh, menjadi pusat spiritual yang memancarkan doa-doa sebagai perisai. Tempat itu dinamai Jetis, sebuah benteng suci yang terus-menerus berperang melawan makhluk-makhluk malam.

Parakandawa, Tempat Para Penyembuh Gaib: Simbah Gendong Lontong dan Simbah Tongkok memiliki kemampuan spiritual yang membuat orang lain terpana. Mereka tidak hanya menyembuhkan penyakit biasa, tetapi juga penyakit aneh yang dikirim oleh penghuni hutan—penyakit yang tak kasat mata. Kemampuan mereka untuk "melihat" apa yang tidak bisa dilihat orang lain membuat dusun mereka dijuluki Parakandawa. Hingga kini, petilasan (punden) mereka masih berdiri di sana, dijaga dengan ritual-ritual keramat, seolah energinya masih tersisa untuk melindungi warga dari gangguan gaib.

Sementara itu, Simbah Dawud membangun Beran sebagai pusat peradaban untuk melawan kekacauan alam. Di sisi lain, Simbah Kitit dan Simbah Santana berjuang menaklukkan geografi tanah yang seolah hidup. Bukit yang curam dan sungai yang selalu berpindah-pindah jalur seakan sengaja ingin menjebak dan menyesatkan mereka. Wilayah perjuangan mereka ini dinamai Setana.

Pada akhirnya, semua sesepuh berkumpul. Mereka sepakat bahwa nama yang paling mewakili seluruh wilayah ini adalah nama yang diambil dari sumber ketakutan terbesar mereka. Nama yang menjadi pengingat akan pertarungan hidup dan mati para leluhur. Mereka menamainya Desa Kaliguwo.

Meskipun desa ini sekarang telah maju dan berkembang, nama itu tetap menjadi bisikan kelam. Sebuah pengingat bahwa mereka hidup di atas tanah yang pernah dikuasai oleh kegelapan. Dan hingga hari ini, gua-gua itu masih ada, diam-diam menyimpan rahasia dari masa lalu, menanti dalam keheningan.