Buku berwana hijau pupus itu
berjudul Guru Aini. Ya, Guru Aini merupakan prekuel dari Novel sebelumnya yang
berjudul Orang-Orang Biasa. Pada Novel Orang-Orang Biasa, Andrea Hirata
bercerita tentang 10 sekawan di sebuah geng yang selama bersekolah selalu menempati bangku belakang
kelas.
Setelah dewasa, mereka tumbuh
menjadi orang-orang yang bodoh dan miskin yang hidupnya biasa-biasa saja. Kisah
bermula saat salah satu anggota geng bernama Dinah bercerita bahwa anaknya,
Aini, diterima di perguruan tinggi jurusan Kedokteran. Sungguh naif Dinah. Ia
berpikir bahwa jika sudah diterima, maka urusan sudah selesai. Ia tak tahu
bahwa jurusan Kedokteran hanya untuk orang-orang kaya. Jurusan Kedokteran tak
menerima anak seorang pedagang mainan.
Aini yang ada dalam judul "Guru
Aini" adalah Aini dari novel Orang-Orang Biasa. Saat pertama membeli buku
ini, saya menebak novel ini akan bercerita tentang Aini yang akhirnya putus asa
mengejar mimpi
nya sebagai mahasiswi Kedokteran lalu putar haluan menjadi guru.
Ternyata dugaan saya salah. Novel ini berkisah tentang masa sekolah Aini yang
terjadi sebelum cerita dalam novel Orang-Orang Biasa.
Satu diantara sekian banyak siswa
yang bebal matematika itu adalah Aini. Lantaran ayahnya jatuh sakit, dunianya
tak lagi sama. Sakit ayahnya yang konon hanya bisa disembuhkan oleh ilmu
kedokteran modern, membuat Aini membulatkan tekad. Aini harus menjadi dokter
demi ayahnya. Dan untuk menjadi dokter, dia harus pintar matematika, sebab kata
gurunya matematika adalah ibu dari ilmu kimia, fisika, bahkan kedokteran.
Aini bertekad belajar matematika
langsung dari guru Desi meski dia harus mengambil resiko besar. Guru Desi
menegaskan betapa berharganya ilmu dan memberikan cara pandang yang luas tentang
segala aspek kehidupan. Aini rela tersuruk-suruk belajar, jatuh bangun,
menangis, bersimbah keringat, dan babak belur selama proses belajar. Ketakutan
yang menelikung Aini selama ini perlahan terkikis. Matematika, kawan, bukan
untuk para penakut! (hal 293)
Alkisah, ada seorang lulusan terbaik
Sekolah Keguruan Matematika bernama Desi Istiqomah. Ia bercita-cita mengabdi di
sebuah desa terpencil untuk mencerdaskan bangsa dengan ilmu matematika. Saat
dilakukan undian untuk menentukan daerah
mana yang akan ditempati sebagai tempat mengabdi, Desi memilih bertukar tempat
dengan sahabatnya yang menangis setelah membaca nama desa entah apa di gulungan
kertasnya. Dengan rasa bahagia dan bangga, Desi berangkat merantau ke sebuah
desa yang Desi saja tak yakin itu masih ada di Indonesia atau tidak. Dengan
membawa cita-cita mengajarkan matematika pada anak desa, Desi begitu bahagia
menjalani hari-harinya di perantauan.
Namun, kenyataan tak berjalan sesuai
dengan harapan. Desi membayangkan murid-muridnya akan bahagia dengan matematika
yang ia ajarkan. Ternyata matematika adalah beban dan ancaman yang mengerikan
bagi mereka. Petualangan guru Desi mencari 1 murid genius matematika penuh
perjuangan.
Diselingi narasi ujaran-ujaran khas
Melayu penuh komedi, tulisan Andrea Hirata memang selalu menarik untuk dibaca. Bertahun-tahun
Desi mengajar matematika, sampai akhirnya ia menemukan seorang murid bernama
Aini yang semangat belajarnya tak ada tanding. Aini, putri Dinah pedagang
mainan, adalah murid terbodoh di kelasnya. Tapi cintanya pada matematika dan
semangat belajarnya membuat guru Desi ikut bersemangat mendidiknya menjadi
genius matematika.
Kisah perjuangan guru Desi dan Aini
sangat menginspirasi. Serupa judul novel ini, Andrea hendak mendedikasikan
ungkapan cinta, apresiasi, dan terima kasih setinggi-tingginya kepada profesi
guru dimanapun berada. Guru yang mulia, tulus, dan ikhlas dalam dedikasi, bahwa
siapapun berhak mendapatkan pendidikan. Seperti anak dan ibu, guru dan murid
akan selalu menjadi guru dan murid, meski guru itu tak lagi mengajarnya. (hal.
234)
Meskipun novel ini menyajikan fakta
bahwa mata pelajaran matematika adalah momok yang ditakuti oleh sebagian besar
siswa, pesan yang ingin disampaikan dalam novel ini begitu universal. Siapa
saja dapat mengambil inspirasi dan motivasi dari kisah itu. Adanya sinergi
antara cita-cita, keberanian, dan idealisme menyalakan kobar semangat yang tak
habis-habis sebab ada tujuan mulia yang hendak dicapai. Seperti kehidupan ini,
manusia berharga karena memberi arti bagi sesama.
Judul : Guru Aini
Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : Bentang Pustaka
Cetakan : pertama, Februari 2020
Jumlah
hal : 336 halaman
ISBN : 978-602-291-686-4