Iklan

Sabtu, 20 Februari 2021, 01.10.00 WIB
Last Updated 2021-02-20T09:10:48Z
Berita Pilihan

Mbah Muntaha dan Kalibeber



Kalibeber secara geografis, merupakan sebuah kelurahan yang dibatasai oleh 2 buah sungai, yakni Sungai Serayu (Barat) dan Sungai Prupuk (Timur) ada juga Kaliireng, dan Desa Wonokromo (Utara) serta Desa Sukorejo (Selatan). Secara Administratif, Kalibeber merupakan ibu kota kecamatan Mojotengah. Kalibeber saat ini, sungguh jauh berbeda dengan kondisi diakhir tahun 1980 an. Sebelum tahun 1990 an kalibeber lebih identik dengan masarakat tradisionalis dalam pola kehidupannya, tidak jauh dengan kondisi pedesaan umumnya di Indonesia.

Namun Kalibeber saat ini, sungguh kontras dengan decade 90an awal. Saat ini Lebih terkesan masyarakat Kalibeber sebagai daerah yang cukup maju bahkan mengungguli daerah yang lainnya. Mulai dari cara berfikir, pola kehidupan serta pola interaksinya, dan kondisi ekonomi masyarakatnya.

Secara kasat mata dapat terlihat bentuk bangunan rumah penduduknya, bahkan pemahaman ajaran agamanya menunjukkan masyarakat yang mengalami pembaharuan dalam cara kehidupannya . Bahkan, polesan kehidupan itu, menjalar ke daerah sekelilingnya dengan malampaui batas sekat wilayah dan budaya. Singkatnya berubah wajah menjadi yang sedemikian maju. Kondisi tersebut tidak bisa lepas dari peran serta Al-Maghfurlah KH. Muntaha Al-Hafidz (orang Kalibeber sering menyebutnya Mbah Mun).

Di antara deretan 'Ulama di tanah air, nama Mbah Muntaha tentulah bukan nama yang asing. 'Ulama yang asli dari Kalibeber ini serta hobi bermain bola sewaktu muda cukup kontras dengan kehidupan di hari tuannya adalah sosok yang penuh dengan keterusterangan sikap dan ucapan. Ia adalah salah seorang 'Ulama yang menonjol dan sekaligus unik. Di samping lugas dalam berbicara, berani melawan yang dianggapnya tidak benar, juga mempunyai rasa yang sangat tresno terhadap umat. Dengan keteguhan jiwa orang yang menemukan dirinya sendiri, Mbah Mun menjadi sangat dihormati semua orang, dicintai santri-santrinya, disegani kawan-kawannya.

Sekalipun demikian kehidupan Mbah Mun adalah sangat sederhana. Kesedarhanaan hidupnya menjadi contoh bagi setiap orang yang kekurangan akibat terpaan dalam cobaan hidup. Dan bagi orang yang berada, Mbah Mun menjadi sosok lembaran yang harus ditiru dalam kezuhudan.

Hal itu dapat dilihat dari megahnya bangunanan Pondok Pesantren, sekolah SMA dan SMP Takhassus Al-Qur`an serta UNSIQ yang sebelumnya IIQ sewaktu beliau masih menjabat sebagai Rektor. Namun kesederhanaan beliau tampak dalam kehidupan yang menempati sedikit ruangan untuk sekedar beristirahat dan menerima tamu. Walaupun secara materi, ekonomi Mbah Mun tergolong berkecukupan, bahkan tergolong kaya, namun lebih memilih hidup sederhana.

Pakaian kesehariannya yang tampak dan lebih menyukai pakaian yang berwarna putih, mulai dari sarung, peci, dan serban yang sering dipakai merupakan bukti lain dari kebersahajaan beliau dalam kehidupan. Agaknya semua manifestasi lahiriah tersebut merupakan penyingkapan dari proses penyerbukan panjang benih-benih ruhaniah religius Mbah Mun. Bahkan oleh sebagian kalangan beliau dinobatkan sebagi orang yang telah menempati Maqom tertentu dalam kehidupan tasawwuf.

Bagi masyarakat Mbah Mun adalah magnet sekaligus semen perekat yang membuat kohesivitas social, dan benar-benar menjadi strum dalam kehidupan sosial. Dalam realitasnya, memang secara gemilang telah malahirkan sebuah religius Al-Qur`an sebagai motornya.

 Dalam etape pengabdiannya beliau terlihat ikhlas, tulus, dan tanpa pamrih dalam pengabdiannya. Karena itu pantas jika banyak kalangan yang berebut mendatangi rumahnya, mulai rakyat biasa hingga para pejabat bahkan Presiden sowan kepada beliau utuk mencium jemari tangannya dengan meminta sekedar nasehat atas pemecahan atas berbagai belitan masalah yang melilit. Tatapan matanya yang teduh, raut muka yang teduh serta tutur katanya yang menyejukkan seakan membasuh pekarangan batin umat yang kerontang. Akhlak kekyaiannya untuk menyantuni segenap lapisan masyarakat yang tidak mampu tidak pernah lekang dalam ruas-ruas perjuangan beliau.(Ahmad Muzan*)

*direktur PPs AP Fatannugraha Wonosobo