PSIKOLOGI SURYOMENTARAMAN
Oleh: Afthonul Afif
Penerbit: Ircisod
Tebal: 238 hlm
Tahun terbit: 2020
ISBN: 978-623-7378-30-3
Dalam khasanah pemikiran Jawa,
Ki Ageng Suryomentaram merupakan sosok yang istimewa sekaligus langka, bukan
karena sejarah hidup dan kiprah politiknya yang diselubungi banyak misteri
hingga hari ini seperti yang disinggung oleh Bonneff dalam risalahnya, melainkan
karena pemikiran-pemik iran yang dia wariskan sangat berharga.
Dia membangun pemikirannya
dari bawah, dari pengalamannya sendiri, yang kemudian dikerangkai dengan model
penalaran serta metode yang juga dia kembangkan sendiri, serupa dengan cara
para pemikir besar dunia dalam merumuskan gagasan-gagasan mereka.
Orisinalitas pemikiran Ki
Ageng ini dengan jelas dapat kita lihat dari kesanggupannya dalam merumuskan
pemikiran-pemik irannya tanpa harus merujuk langsung pada tradisi-tradisi
pengetahuan sebelumnya atau meminjam gagasan-gagasan pemikir lain untuk
memperkokoh bangunan pemikirannya sendiri.
Ki Ageng
Suryomentaram adalah seorang spiritualis pembaharu dalam olah kebatinan Jawa,
salah satu pemikir terbesar Nusantara. Pemikirannya yang universal menjangkau banyak
jiwa hingga Presiden Soekarno pun berguru kepadanya.
Tidak berlebihan kiranya kita
menyebut bahwa pemikiran Ki Ageng merupakan dobrakan yang revolusioner terhadap
tradisi pengetahuan dan spiritualitas Jawa yang berkembang waktu itu (bahkan
mungkin hingga sekarang), yang sarat nuansa klenik dan penalaran irasionalnya.
Orientasi pemikiran Ki Ageng
yang rasional tercermin dalam kepribadiannya yang menolak keras segala bentuk
pemujaan terhadap figur dirinya serta pemikiran-pemik irannya (sebuah
konsistensi serta kesederhanaan sikap dari sosok cendekiawan ideal yang semakin
langka kita jumpai akhir-akhir ini).
Ki Ageng sendiri lebih
menginginkan orang-orang mengenal pemikiran-pemik irannya ketimbang sosok
dirinya sebagai guru yang menyampaikan ajaran-ajaran tertentu. Itulah sebabnya
mengapa dia menyebut ajarannya sebagai "thukulan jagad" atau sesuatu
yang tumbuh begitu saja di alam semesta: ajaran ini tidak dimiliki siapa-siapa
justru karena ia milik siapa saja. Jika ajaran ini berguna ia akan tumbuh
subur, dan jika tidak berguna ia akan dilupakan dan lama-lama mati.
Ki Ageng mengajak kita untuk membebaskan diri dari
kungkungan rasa subjektif yang senantiasa gelisah karena sibuk menilai,
menyambut hidup dengan damai tanpa kepura-puraan. "Saiki, kene, ngene, aku
gelem. Sekarang, di sini, dalam keadaan seperti ini, aku menerima apa pun
sepenuh hati."
Semangat yang diusung oleh Ki
Ageng Suryomentaram adalah mengajak kita untuk berpikir rasional. Namun,
rasionalitas Ki Ageng memiliki corak yang agak berbeda dengan rasionalitas
Barat secara umum yang angkuh dan kaku.
Kawruh Jiwa adalah sistem
pengetahuan rasional yang memiliki ciri reflektif, karena di dalamnya terliput
dimensi rasa atau afeksi, kapasitas psikologis yang dalam tradisi Barat
terbedakan secara tegas dengan rasio. Jika rasionalitas Barat berciri
self-centered maka rasionalitas Kawruh Jiwa bersifat relationship-centered,
karena ciri akomodatifnya yang menempatkan rasa orang Iain sebagai bagian tak
terpisahkan dari upaya mencapai kebenaran dan kebahagiaan.
"Orang baru dapat menghargai pengalaman bahagianya ketika kebahagiaan telah berlalu"
(Aftonul Afif - Psikologi Suryomentaram)