Iklan

Sabtu, 30 November 2019, 19.08.00 WIB
Last Updated 2019-12-01T03:08:46Z
Nge-bookResensi buku

Membaca Kelakuan Orang Kaya


  Pengarang buku "Kelakuan Orang Kaya" Puthut EA ingin mengajak para pembaca membagikan penggambaran tentang humor untuk mendalami isi pikiran pada karakter juga menenalkan teknik baca cerdas menurut analisa saya, karena setiap karakter mempunyai pengambaran sifatnya secara singkat dan kadang bisa menjadi cermin untuk diri kita sendiri merasa bahwa oh.. saya merasakan karekter ini mirip dengan tingkah laku kita sebagai pembaca. 



Buku ini tidak terlalu tebal, meskipun ada sekitar 40-an kisah di dalamnya.Cerita ini seperti karangan fiksi tetapi sangat memaknai kehidupan dari cara pandang seseorang terhadap orang lain, perilaku senonoh, hingga menjahili teman yang berakibatkan karma bagi dirinya. 



Cerpen atau cerita pendek disini juga ada beberapa menggambarkan kehidupan desa, keagamaan, dan kelakuan orang kaya itu sendiri.

Seperti halnya sepenggal kisah, seorang guru memanggil murid kinasihnya yang baru saja lulus, untuk memberi wejangan terakhir.
"Muridku, di luar sana, di dunia yang pikuk, menjalankan salat 5 waktu dan ibadah lain, kadang tidak ada hubungannya dengan tabiat orang.



"Padahal mestinya, makin rajin beribadah, makin lembut perasaannya, makin teduh mukanya, makin jembar hatinya...



"Kamu tahu kenapa?"



Sang Murid sedikit menegakkan kepalanya, lalu dengan hati-hati dia menjawab, "Kurang ilmu dan kurang khusyuk, Guru..."



"Benar. Tapi bisakah kamu memberiku penjelasan yang lebih gamblang?"



Sang Murid terdiam. Karena dibiasakan untuk berterus terang, akhirnya dia memilih menggelengkan kepala.



"Karena beribadah dianggap sebagai selingan, Nak. Orang-orang bekerja, lalu saat Dhuhur tiba, dia salat. Lima menit. Ingat Tuhan. Kerja lagi. Saat Ashar tiba, dia salat lagi. Ingat Tuhan lagi. Lima menit lagi. Sesaat sesudah tiba di rumah, bedug Magrib mengalun, dia salat lagi. Ingat Tuhan lagi. Lima menit lagi. Begitu seterusnya..."
Sang Murid tercenung.



"Sementara di sini, kita dibiasakan menghabiskan waktu untuk menunggu dari waktu salat satu ke waktu salat yang lain. Di sini kita terbiasa menahan rindu untuk bersujud. Sehingga waktu antara itu semua, kita pakai untuk bekerja sebagai bagian tak terpisahkan dari kerinduan kita akan sujud.
 Kita bertani di pagi hari karena kita rindu sujud di kala Dhuhur. Kita mengaji di sore hari karena kita rindu sujud di saat Magrib. Bekerja itulah selingan kita. Bukan beribadah. Mencari rezeki itulah selingan kita. Sebab intinya adalah sujud dan syukur..."



"Guru..." air mata Sang Murid mulai menggenang. "Bolehkah saya tinggal di sini lebih lama?"



"Tidak, muridku... Sebab Muhammad pun kembali ke bumi. Bima pun keluar dari diri Bima Ruci. Hidup harus dihadapi."



Sang Murid kemudian pamit undur diri. "Ingat, muridku... Kegiatan yang lain hanyalah selingan belaka. Jangan ikut yang terbolak-balik. Ibadah dijadikan selingan. Ini berat. Tapi begitulah adanya." Sang Murid mengangguk.



Kelakuan Orang Kaya adalah kumpulan kisah ringkas. Bahkan sebagaimana dijelaskan penulisnya pada kata pengantar, memilih kisah ringkas alih-alih cerpen. Bahkan ada juga kisah yang hampir seluruhnya hanya berisi dialog -dialog pendek. Menurut Puthut, kisah-kisah ini ditulis dengan meniadakan beberapa unsur cerpen.



Memang benar, karena ketika saya baca, ada beberapa kisah yang tidak menyiratkan latar tempat ataupun waktu. Kalau di cerpen, sependek-pendeknya, pasti akan mencantumkan setting atau latar.




  • Terakhir, tentang buku ini recomended dan cocok bagi para pembaca untuk mencari hiburan ringan ketika singgah, sebagai penghilang kegabutan atau ngelu ketika membaca buku yang perlu ketelitian atau fokus pada saat membaca. Atau ketika ngechat doi cuma di read doang? Wkwkwkwk.