Iklan

Kamis, 26 September 2019, 03.11.00 WIB
Last Updated 2019-09-26T10:11:37Z
Padopokan Giri SabaZiarah

Ndopok Bareng Menyusun Kisah Masa Lalu


Menyusun puzzle masa lalu untuk masa depan.

Shin Food court sejak sore pada Sabtu(7/9)  telah di agendakan sarasehan sharing tentang perjalanan sepirituwal dari kawan kawan di Wonosobo, kalau menurut salah satu kawan, Padopokan Giri Sabalagi nduwe gawe, sedang mempunyai hajat. Wqwq. Jagongan santai, ndopok bebas ini dengan tajuk “Pegunungan di Wonosobo Dalam Bingkai Kajian Ilmiah” Hal ini di dasari dengan sebuah ndilalahan yang beragam.
Pukul empat sore kira kira Waktu Indonesia Wonosobo obrolan di mulai, Kang Farhan langsung memaparkan awal mula perjalanan kawan-kawan dalam menapaki perjalanan selama setahun lebih, dari cerita watu gong menuju situs bongkotan yang berada di area pasar Kumandang, Kertek, Wonosobo  atau sampai makam Ki Ageng Wonosobo, lanjut Dieng hingga “Ondho Budo” banyak perjalanan di atas yang belum penulis sebutkan, sambil menulis catatan singkat ini sembari mengingat peristiwa-peristiwa so sweet ketika ke kuburan maupun situs cagar budaya lainnya.
Sebuah perjalanan Padopokan Giri Saba ini sebenarnya tak hanya mengunjungi dan blakra’an tak jelas, jangan salah kawan-kawan PGS juga menempuh jalan sunyi, ziarah atau berdo’a sesekali seperti laku anak sholeh, dengan di sambung dengan ritual makan sego jagung dan rese sebagai penutupan perjalanan atau setengah main ketika melaksanakan perjalanan dinas.
Selama menempuh perjalanan yang dilalui, terkumpullah berbagai cerita yang timbul atau telah melekat di masyarakat sebisa mungkin untuk di catat, di dokumentasikan, kalau pun belum menjadi sebuah tulisan yang ilmiah, paling tidak menjadi bahan instastory, story WA maupun update status di facebook.
Nah, maka sarasesan sore itu yang juga kebetulan kerawuhan mas Ahda, seorang aktivis pendidikan dan tengah menyelesaikan studi S3 di PKP UGM ini urun mangayubagya, urun informasi, dan membantu mengarahkan bagaimana agar catatan-catatan dulur-dulur PGS ini bisa menjadi tulisan yang ilmiah sebab ini adalah sebuah potensi yang baik dengan mengelaborasi dan membaca kembali peninggalan ilmu atau informasi dari para leluhur lewat beragam perantara; naskah-naskah kuno atau Babad, Boleh jadi  motif nisan dlsb.
 Atau pula sebuah prasasti, yang mana prasasti yang masih abadi hingga sekarang salah satunya adalah nama sebuah desa. Nah metode inilah yang bisa disebut dengan pendekatan toponimi. Toponimi ? 
Embuh..

bersambung..

dong kober..
dong kelingan..

so sweet..