Oleh: TriMaya Wahyu
Judul Buku : Pergi
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika Penerbit
Cetakan : 1 April 2018
Tebal : iv+ 455 halaman
Novel
“Pergi” karya Tere Liye merupakan novel kelanjutan dari “Pulang” yang pernah
saya resensi sebelumnya. Jika pada novel “Pulang” dikisahkan seorang bocah
bernama Bujang yang tidak memiliki rasa takut hingga dirinya menjadi penerus
tunggal keluarga Tong. Novel “Pergi” membawa Bujang pada konflik-konflik yang
lebih klimaks lagi. Meskipun tak berbeda jauh dengan novel sebelumnya, Tere
Liye mampu mengemas ceritanya sehingga tidak kalah menarik.
Dari
segi cover yang cukup elegan dan apik dan sesuai dengan judul. Hakikat dari
“Pergi” itu sendiri jika dilihat dari sinopsis merupakan Sebuah kisah
tentang menemukan tujuan, ke mana hendak pergi, melalui kenangan demi kenangan
masa lalu, pertarungan hidup-mati, untuk memutuskan ke mana langkah kaki akan
dibawa. Pergi.
Bermula
dari tokoh Bujang yang baru saja kehilangan Tauke Besar, mau tidak mau ia lah
orang yang diamanahi untuk melanjutkan bisnis keluarga Tong. Bisnis yang
semakin maju semakin membuat keluarga Tong banyak berurusan dengan keluarga
shadaw ekonomi lainnya yang ada didunia. Termasuk keluarga Master Dragon.
Master Dragon merupakan salah satu pemimpin antara keluarga shadaw ekonomi di
Asia.
Keberhasilan
keluarga Tong membuat keluarga Master Dragon merasa tidak aman. Mereka khawatir
wilayah kekuasaan nya akan diambil keluarga Tong. Oleh karena itu Master Dragon
membuat rencana untuk melumpuhkan keluarga Tong dan semua keluarga yang
berpihak pada keluarga Tong. Novel ini menyajikan dimensi cerita yang lebih
lebar dibanding dengan novel sebelumnya yang berjudul “Pulang”.
Disisi
lain, saat keluarga Tong tengah ditempa berbagai masalah, ada hal baru yang
mengusik kehidupan Bujang setelah pertemuannya dengan seorang pemuda bertopeng.
Sosok tersebut ternyata kakak tiri Bujang yang bernama Diego. Gaya bahasa yang
mudah dipahami dan ciri khas dari penulis menambah sensasi pada saat membaca
novel ini. Selain itu alur dari cerita sangat unik sehingga nikmat untuk
menawarkan bosan.
Pada
bagian akhir saya sempat dibuat bingung oleh penulis mengenai makna tersirat
dari kemana arah “Pergi” tokoh Bujang sebenarnya. Sampai-sampai saya tidak bisa
makan 1 tahun lamanya hehe.
*Penulis yang mengaku anonim ini
sedang menggelandang mencari pengalaman di kota tetangga, seorang calon
penyair ini juga dapat di temui di blog pribadinya.
http://entahmayawahyu.blogspot.com/
http://entahmayawahyu.blogspot.com/