Iklan

Rabu, 14 Agustus 2019, 00.04.00 WIB
Last Updated 2019-08-14T07:04:56Z
Nge-bookResensi buku

Kemana Arah Pergi?



 Oleh: TriMaya Wahyu
 
Judul Buku  : Pergi
Penulis    : Tere Liye
Penerbit  : Republika Penerbit
Cetakan    : 1 April 2018  
Tebal    : iv+ 455 halaman

Novel “Pergi” karya Tere Liye merupakan novel kelanjutan dari “Pulang” yang pernah saya resensi sebelumnya. Jika pada novel “Pulang” dikisahkan seorang bocah bernama Bujang yang tidak memiliki rasa takut hingga dirinya menjadi penerus tunggal keluarga Tong. Novel “Pergi” membawa Bujang pada konflik-konflik yang lebih klimaks lagi. Meskipun tak berbeda jauh dengan novel sebelumnya, Tere Liye mampu mengemas ceritanya sehingga tidak kalah menarik.
Dari segi cover yang cukup elegan dan apik dan sesuai dengan judul. Hakikat dari “Pergi” itu sendiri jika dilihat dari sinopsis merupakan Sebuah kisah tentang menemukan tujuan, ke mana hendak pergi, melalui kenangan demi kenangan masa lalu, pertarungan hidup-mati, untuk memutuskan ke mana langkah kaki akan dibawa. Pergi.
Bermula dari tokoh Bujang yang baru saja kehilangan Tauke Besar, mau tidak mau ia lah orang yang diamanahi untuk melanjutkan bisnis keluarga Tong. Bisnis yang semakin maju semakin membuat keluarga Tong banyak berurusan dengan keluarga shadaw ekonomi lainnya yang ada didunia. Termasuk keluarga Master Dragon. Master Dragon merupakan salah satu pemimpin antara keluarga shadaw ekonomi di Asia.
Keberhasilan keluarga Tong membuat keluarga Master Dragon merasa tidak aman. Mereka khawatir wilayah kekuasaan nya akan diambil keluarga Tong. Oleh karena itu Master Dragon membuat rencana untuk melumpuhkan keluarga Tong dan semua keluarga yang berpihak pada keluarga Tong. Novel ini menyajikan dimensi cerita yang lebih lebar dibanding dengan novel sebelumnya yang berjudul “Pulang”.
Disisi lain, saat keluarga Tong tengah ditempa berbagai masalah, ada hal baru yang mengusik kehidupan Bujang setelah pertemuannya dengan seorang pemuda bertopeng. Sosok tersebut ternyata kakak tiri Bujang yang bernama Diego. Gaya bahasa yang mudah dipahami dan ciri khas dari penulis menambah sensasi pada saat membaca novel ini. Selain itu alur dari cerita sangat unik sehingga nikmat untuk menawarkan bosan.

Pada bagian akhir saya sempat dibuat bingung oleh penulis mengenai makna tersirat dari kemana arah “Pergi” tokoh Bujang sebenarnya. Sampai-sampai saya tidak bisa makan 1 tahun lamanya hehe.


*Penulis yang mengaku anonim ini sedang menggelandang mencari pengalaman di kota tetangga, seorang calon penyair ini juga dapat di temui di blog pribadinya.
http://entahmayawahyu.blogspot.com/