Iklan

Rabu, 28 Agustus 2019, 01.25.00 WIB
Last Updated 2023-12-24T11:18:23Z
budayaLenggeran

Belajar Menjadi Diri Sendiri



Jam diding berdetak melaju, tak terasa pukul 13.15 tiba, Kang Iman yang sedari tadi gelisah menunggu kawan karib nya pun usai sudah, lega rasanya ketika lik Slamet tiba dan langsung mengapa kang Iman dan ikut duduk di lincak depan rumah kang Iman.

"Wah memang panjang umur lik sampeyan, baru saja saya mau nge-chat sampeyan je."

"Heuheuheu, maafkeun maafkeun kang, ini baru saja di depan sekolahan sebelum yang menuju sini macet, maklum lah agak terlambat datangnya.."

Waduh, iya ta?.. Ngopi langsung saja skuy lik, bentar saya masuk kedalam dulu ambil peralatan ibadah ngopi kita cuss.."
"Asshiiaap kan mainkaan"
***
Sela beberapa saat kang Iman datang, kopi beserta ubo rampe seperti biasa telah tersedia kumplit.

"Gimana kang, ada kabar atau dopokan apa yang paling terupdate.."

"Wah, sampeyan ada ada saja, kaya orang macam saya ini wartawan saja yang mengetahui segala hal heuheu.."

"Begini lik, saya jadi agak ingat perihal yang akan saya tanyakan ke sampeyan dari jauh-jauh hari. Tentang sebuah pertemanan itu sejatinya bagaimana..?"
Apalagi kan saya yang masih labil ini belum paham heuheu." Kang Iman menyampaikan kepada lik Slamet.
"Niatan saya cari berita yang asyik dari sampeyan malahan di beri curhatan seorang kang Iman malahan wqwq~" Lik Slamet mengejek.

"Ya pada dasarnya perihal pertemanan sebenarnya teman itu bukan definisi rasa atau perasaanmu kang, teman itu terbukti dari perjalanan. Kalo mandeg di tengah jalan gak nyambung berarti bukan teman, ambil contoh teman SD sampeyan masih kenal berapa coba?"

"Hmm, berapa yaa, lupa lik.."

"lha kalau terlanjur berpisah gimana to lik?"

"Nah begitu pula beberapa hal yang tak bisa kita rencanakan kang.
untuk membuat kita tetap sama orang itu atau berpisah yang pasti jangan menganggap bahwa bersama itu selalu output terbaik, kadang kadang output terbaiknya adalah berpisah.."

 "Oke lahya break dulu tiga bulan.. Timbul rasa kangen. Kan perlu ada drama seperti itu. Wong jenenge drama urip kok (namanya saja drama kehidupan).. Kalau lempeng lempeng wae ra menarik uripe ta kang?"

"Heuheu, benar juga ya lik perlu ada drama 'tumakninah' atau berhenti sejenak biar syahdu kayaknya perlu di uji coba dah.."

"Boleh jadi semua orang mengalami seperti itu ya lik?"

"Ya dengan sekadar dan pengalaman masing-masing berbeda-beda, dalam mengantisipasi perasaan semua orang. Kang."
Apalagi perihal suka dan tak suka kang, itu motifnya berbeda-beda, lha wong Gusti Allah saja ada yang nggak suka, Kanjeng Nabi juga banyak yang tak suka. Kur membayangkan ketika ada yang tak suka sebaliknya tentu banyak yang lebih menyukai, dengan sebab kamu sengaja atau tak sengaja. Nah tinggal diri ini mengolah dengan sederhana, cukup jujur menjadi dirimu.."

"Wah jerru yo lik heuheu"

Jeru jeru your kitchen.. Hahaha..

Tawa mereka menggelegar menyelingi gemericik air kolam depan gazebo milik kang Iman.

Besongo, 28 Agustus 2019 

*diinspirasi dari cerita Mas Sabar wkwk