Judul dari buku ini sudah membuat
saya mengreyitkan dahi, dimana saat ini banyak sekolah yang sedang gencar
mengunggulkan diri mereka, berlomba membuat predikat yang elegan untuk menarik
perhatian publik justru buku ini berlawanan arus. Dari buku ini saya melek
tentang pendidikan, yang selama ini kutahu hanya kulitnya saja.
Buku ini
memaparkan sejatinya arti pendidikan dan wajah dari pendidikan suram di negeri
ini. Buku "Sekolah Biasa Saja" ini jadi mengingatkan kembali perjalanan selama masih menempuh sekolah dalam pengalaman pribadi saya seakan dituntun kepada jalur yang sebagaimana mesti dalam kurikulum yang telah disusun pada sekolah yang saya alami, sekolah alternatif Fatanugraha dan IHSF, Islamic Homeschooling Fatanugraha. Ya begitu memang, sebuah ke-ndilalahan. kurikulum yang diajarkan untuk belajar kepada apapun, siapapun dimana pun dan kapanpun, belajar kepada Alam, "alam iki sejatine Guru. Saya kira gambarannya mirip seperti yang tersusun di buku tersebut.
Setelah membaca buku ini saya diajak
melihat pendidikan dari sudut pandang yang sederhana dan sangat manusiawi. Buku
ini merupakan catatan pengalaman mbah Toto Raharjo, atau Yai Tohar saya menyapa beliau, dalam merintis dan
mengelola Sanggar Anak Alam (Salam). Sekolah yang berada di tepian sawah dan jagad raya
sebagai media pembelajarannya.
Kurikulum yang digunakan sangat menarik yaitu
kurikulum berbasis riset. Dari pengalaman ber riset para siswa diajak belajar
banyak, diajak berpikir dan tahu akan sebuah proses. Di bebaskan
menentukan segala sesuatu yang hendak dipelajari dan diajak menikmati sensasi
menemukan dirinya (apa yang disukai dan bisa dilakukan). Menyenangkan sekali
belajar seperti itu.
Buku ini pula menulis tentang sejarah
pendidikan, perubahan-perubahan paradigma pendidikan sejak masa kolonial, orde
lama, orde baru, sampai saat ini. tentang mengapa sekolah alternatif sanggar
Sanggar Anak Alam Jogja ini bisa berdiri selama hampir 20 tahun.
selamat berproses dan tandang terus lur.