Menelisik Dieng Masa Lalu
Seorang
pemburu belerang, singgah di Delok, lereng Candi Parikesit, namun Parikesit dan
Dwarawati sendiri ia tidak menyebut atau (belum terlihat?) karena dari arah
sini untuk mencapai Dwarawati harus naik ke bukit yang memiliki kemiringan
cukup curam. Jika vegetasi tumbuhan seperti hutan gunung Prau, dapat dipastikan
dua candi ini meskipun di ujung bukit tidak nampak wujudnya.
Kelompok
Arjuna terlihat di depan mata, namun tertutup oleh air danau. Ia hanya menatap
tanpa mendekat. Ia dapat melihat seluruh permukaan terlihat dipenuhi serakan
reruntuhan kuil dan arca.
Dari
Delok dia mengambil sisi kiri (reco gede), menyusuri jalan yang penuh lubang
galian, batu candi dan fragmen arca berserak dimana-mana, hingga sampai di
candi Petruk. Petruk masih memiliki ketinggian 18 kaki dan luas 10 kaki (10thn
kemudian sudah hampir runtuh). Masih ada arca Siwa dan Ganesha. Di Petruk
sendiri ia melihat terdapat 4 candi yang membentuk dua kelompok yang indah.
Dari
sini ia juga bisa menatap Arjuna, selain itu, dia juga melihat 2 gundukan
berisi candi lain yang seluruhnya tenggelam dalam air.
Selepas
dari Petruk, ia menuju 1 pal keselatan, saat itu berupa hutan. Ia menemukan
kelompok candi lain di tengah hutan yang dikenal sebagai Bimo. 3 candi masih
relatif utuh, sedang candi yang ke 4 benar-benar runtuh.
Pada
altar depan ditemukan arca Siwa yang sudah rusak. Ada beberapa arca lain yang
tertutup oleh kerindangan pohon. Lepas dari sini ia menuju kawah Candradimuka
(Sikidang sekarang) sesuai misi awalnya. Pada arah selatan Kawah Sikidang ia
melihat kepulan asap lain, namun tak mendekat karena tertutup gunung dan dia
menganggap terlalu jauh. Ia pergi bersama bupati Kendal, ketika itu bulan Suro,
dan Dieng menjadi daerah yang sangat di mistiskan oleh sebagian orang Jawa.
Sang bupati menuju salah satu candi yang hanya tersisa altar dan dipenuhi air.
Ia ritual dan mandi disana dengan penuh khidmat.
***
Ada
dua hal yang menarik disini bahwa, dimana dia tidak menyebut Pesanggrahan,
mungkinkah pesanggrahan disini kala itu belum di bangun dan dia memilih
menginap di Delok, sisi barat Dieng, yang memang merupakan satu-satunya jalur
tanpa dinding gunung?
Kedua,
dia juga tak menyebut mengenai Candi Gatotkaca, ya karena memang Gatotkaca baru
ditampakkan dari area hutan pada 11 thn kemudian.
Lalu
mengenai 2 kelompok candi lain, mungkin kah parikesit dan Ontorejo? Dan dua
gundukan terendam air itu adalah candi Nalagareng dan Nakulasadewa? Entahlah mari
berpikir kedalam diri wqwq.
Sedang
asap lain yang ia lihat di selatan mungkin kawah Kombang yang memang jika dari
arah Si kidang tertutup oleh bukit Pangonan. Kenapa dia tidak kesana? Padahal
yg dia cari adalah belerang? Dia tidak sendiri, mungkinkah ia tidak membawa
serta penunjuk jalan yg benar-benar tahu medan? Maklum belum ada Gugel Map atau
bahkan memang saat itu memang belum banyak orang yang paham mengenai jalanan
Dieng?
Lho
yang dimaksud dia itu sebenarnya siapa?
Mbuh..
mung kulak jare..