Iklan

Senin, 01 Juli 2019, 07.12.00 WIB
Last Updated 2019-07-01T14:12:05Z
Nge-bookResensi buku

Inteligensi Embun Pagi




JUDUL BUKU                      : INTELEGENSI EMBUN PAGI
JENIS BUKU                         : FIKSI
PENULIS                               : DEE LESTARI
PENERBIT                             : PT. BENTANG PUSTAKA
JUMLAH HALAMAN          : 724
ISBN                                       : 978-602-291-131-9.
TAHUN TERBIT                   : FEBRUARI 2016

Oleh: Tri Maya W


Intelegensi Embun Pagi, seri novel ke-6 sekaligus penutup dari Supernova yang ditulis oleh Dewi Lestari Simangunsong atau biasa dikenal dengan Dee Lestari. Pada novel ini, penulis mempertemukan tokoh yang ada didalam seri novel Kesatria Puteri dan Bintang Jatuh, Akar, Petir, Gelombang, dan Partikel. Novel ini memadukan berbagai tema dalam penulisanya seperti petualangan, percintaan, persahabatan, kekuatan gaib dan berbagai polesan ilmiah yang melekat dalam alur cerita.
Awal mula penulis bercerita tentang tokoh Gio yang mendapatkan sebuah pesan dari Amaru untuk pergi ke Lembah Urubamba dan bertemu dengan Madre Aya lewat upacara Ayahuasca. Dalam menyampaikan ceritanya, pengarang menggunakan sudut pandang orang ketiga.
Berikutnya, ditempat yang berbeda ada tokoh Elektra dan Bodhi yang melihat sisi lain dari pertemuannya. Jalan cerita yang dikemas amat apik, merangsang pembaca untuk bermain dalam imajinasi. Kemudian didalam penulisan kata, didapati beberapa bahasa-bahasa dengan istilah asing, namun pada halaman belakang disertakan glosarium sehingga memudahkan pembaca mencari arti yang tidak dimengerti. Elektra dan Bodhi menguak berbagai reaksi yang timbul ketika mereka bersentuhan tangan. Peristiwa tersebut mengarahkan mereka kepada hal-hal yang berkaitan dengan Asko.
Setelah itu banyak tokoh peretas yang bermunculan dan mulai memahami tugasnya masing-masing. Dalam perjalanan kembali ke Jakarta dari New York untuk mencari Bodhi Liong, Alfa bertemu dengan salah satu Infiltran yang bernama Kell ketika berada didalam pesawat. Kell adalah pembawa 618 kode sakral yang menyimpan kode para peretas. Dilihat dari jalan ceritanya, novel ini menggunakan tahapan alur maju-mundur.
Mulai memasuki tahap pertengahan, dalam alur cerita terdapat beberpa alur yang monoton sehingga jika pembaca tidak paham akan menimbulkan rasa bosan. Zarah mulai dimasukan kedalam cerita, sekembalinya ia ke Batu Luhur tak lain untuk kembali mencari jawaban tetntang teka-teki hilangnya Firas, ayah Zarah. Selang seling cerita disajikan agar semuanya semakin terhubung. Ditambah pertemuan antara Alfa dan Bodhi, kemudian ada kaki tangan Suernova yaitu Toni yang ternyata sudah lama berhubungan dengan Ruben dan Dimas.  Karena banyaknya tokoh utama, penulis menceritakan semua tokoh sehingga semuanya berperan. Akan tetapi, selang seling cerita yang dibuat terkadang malah membuat pembaca agak kebingungan.
 Magnet menarik kuat para peretas untuk bersatu. Kala itu, mereka diberi petunjuk para Infiltran untuk pergi ke Bukit Dolok Simaung-maung, Medan. Namun sayangnya kepergian mereka ke Medan terendus oleh para Sarvara. Para sarvara bergegas menuju Medan. Perang antara peretas dan Sarvara terjadi disana, yang menyebabkan tokoh Alfa gugur, kemudian peretas mimpi digantikan oleh Toni. Peretas harus terus melindungi semesta, didampingi dengan para Infiltran. Berbagai teka-teki terus terecahkan. Beberapa tindakan membawa tokoh ke peristiwa baru, tidak hanya mengenai peristiwa alam, ada beberapa yang diluar dugaan. Mulai dari perasaan cinta yang muncul antara Gio dan Zarah hingga bagaimana Elrektra dan Toni menjadi sepasang kekasih.    


*Penulis yang mengaku anonim ini sedang menggelandang mencari pengalaman di kota tetangga, seorang calon penyair ini juga dapat di temui di blog pribadinya.
http://entahmayawahyu.blogspot.com/