Berbicara
tentang Dieng tentu tak bakal ada habisnya ketika membahas tentang warisan para
leluhur masa lalu. Dieng yang menyimpan banyak rahasia dan cerita menarik
tersimpan secara sistematis masif dan terstruktur wkwkw. Untuk TSM ini lupakan
ya lur. Haha.
Di kaki (barat) dari punggungan Dieng ini
berdiri gubuk terbesar di satu desa bagian timur atau Dieng Wetan sekarang.
Untuk mendapatkan lebih banyak ruang di sekitar rumah, penduduk sering menggali
disekitar dimana hal ini menjadikan bentuk punggung gunung semakin jelas.
Seluruh lapisan bagian dalam tanah lereng gunung itu ternyata ditutupi dengan
batu yang sangat besar, dan membentuk beberapa teras, masing-masing teras
dihubungkan di beberapa tempat dengan tangga batu dengan anak tangga yang
sempit.
Menurut
tutur cerita pada zaman dulu, orang harus berjalan kaki dari arah Tuk Bima
Lukar mendaki bukit dan turun melalui tangga batu yang ada di Watu Kelir. Hal
itu merupakan sebuah rangkaian dalam menjalankan sebuah pemujaan kepada Dewa
mereka yang dilandasi dengan keikhlasan.
Di
seberang pesanggrahan atau tepatnya puskesmas Dieng Wetan sekarang tepi gunung
yang berada di kedua sisi jalan yang mengarah dari Wonosobo ke dataran tinggi
Diëng. Belum lama ini terdapat dua reruntuhan candi, namun ditahun ini candi
itu hampir menghilang. Disalah satu bagiannya ditemukan beberapa Yoni (Yoni SMP
2 Kejajar).
Di
sisi lain, di seberang jalan, juga ada juga dua reruntuhan (puncak watu kelir),
tetapi hampir seluruh dari reruntuhan itu telah di pindahkan sampai hampir
habis tak bersisa. Sebelumnya, bagian dari dinding gunung terputus dan memiliki
dinding batu yang tertata dengan sangat rapi.
Terdapat
pula tangga yang mengarah dari dataran menuju ke atas. Dinding itu dulu
memiliki panjang yang cukup jauh di sepanjang sisi gunung, tetapi tembok itu
dipatahkan, dan sebagian besar ambruk selama pembangunan jalan.
Peristiwa
itu membuat dinding ini berantakan dan hanya sebagian kecil yang tersisa. Di dataran yang lebih rendah di depan,
setidaknya ada puluhan ribu batu berserakan di mana-mana. Batu batu tersebut
sebagian besar di manfaatkan oleh penduduk dusun sebagai pagar dan pondasi,
juga untuk bangunan pesanggrahan.
Berada
di atas sini tentunya dapat melihat penampakan hamparan Dieng yang mempesona, dan
cocok pula untuk mengingat kenangan. Hah kenangan? ciee kenangan. bakal
mudah membayangkannya jika berada di atasnya bagaimana mempesonanya Dieng yang
masih menyimpan makna di balik kabut rahasia masa lalu. Mbokan.