Menjer begitulah orang sekitar menyebut namanya letaknya di kaki pegunungan Dieng, kec.Garung, masih wilayah wonosobo.
Karena jaraknya yang lumayan deket dengan telaga-telaga yang lain. dari gapura sampai telaga lumayan jauh jaraknya sekitaran 30 menit dengan mengendarai motor atau kendaraan umum. Kalau menginginkan jalan kaki jalan melewati aspal yang berkelok-kelok yang di pinggirnya di jumpai pipa PLTA atau pembangkit listrik tenaga air,
Sesampe di tepi telaga kita bisa buka bekal dan menyantapnya di sana.
Sebenarnya soal telaga menjer,banyak cerita misterius yang ada di dalamnya. Memang telaga ini kalah terkenal dibanding telaga warna yang ada di Dieng di antaranya telaga warna cebong dan lain-lain.
Tapi masalah horor, boleh juga. Mimin kembali teringat saat SMP dulu. Bu guru pernah bercerita mengenai mcam pesugihan yang ada di sana. ada cerita bahwa pernah ada orang yang ingin melakukan ritual pesugihan di sana. Orang itu kemudian meminta bantuan penduduk di sekitar sana untuk mengantarnya ke tengah telaga. Konon bila ke tengah telaga dan bercermin di air, maka akan muncul bayangan wajah orang terdekatnya yang tak lain adalah tumbal yang harus diserahkan. Bayangan wajah itu harus diambil jika ingin pesugihannya berhasil. Ketika orang itu melihat ke air, bayangan wajah yang muncul tak lain adalah ibunya sendiri. Akhirnya dia memutuskan tak jadi mengambilnya dan dia pun pulang ke rumah. Sesampe di rumah, seluruh anggota keluarganya sedang mengelilingi ibunya yang terbaring. Kata saudaranya, si ibu tiba-tiba pingsan dan seperti dalam kondisi sakaratul maut. Namun untungnya kondisi si ibu telah membaik....
Mendengar cerita itu jadi ngeri sendiri ya..!! ternyata ada juga hal-hal seperti itu.
pernah ada cerita bahwa disana memang dihuni para lelembut. Jadi suatu ketika ada seorang dalang yang ditanggap oleh seseorang yang bertempat tinggal di sekitar telaga. Si dalang menyanggupinya dan menuju ke rumah yang dimaksud. Sesampainya di sana, ternyata rumah yang dijadikan tempat pagelaran wayang cukup besar da memiliki halaman yang luas. Para penonton memadati halaman itu untuk menyaksikan wayang. Singkat cerita si dalang menyelesaikan pertunjukannya. Oleh pemilik rumah, dia diberi sejumlah uang dan kunyit dalam jumlah banyak sebagai imbalan atas pertunjukan wayangnya. Si dalang pun pamit pulang, namun sebelum pulang pemilik rumah berpesan bahwa kalau belum sampai jalan X si dalang tidak boleh menengok ke belakang. Akhirnya diapun pulang. Namun, entah lupa dengan pesan si pemilik rumah atau karena keingintahuannya, dia menoleh ke arah belakang ketika dia belum sampai pada jalan yang dimaksud. Apa yang dilihatnya benar-benar membuatnya kaget, saat melihat ke arah rumah ternyata rumah itu tidak ada. Yang ada hanya telaga menjer yang sepi dan sunyi. Jadi...ternyata....si dalang mementaskan pagelarannya di atas air??Jadi..ternyata..dia ditonton oleh para lelembut??
Dan anehnya Saat sampai di rumah, dia tambah kaget lagi karena sejumlah uang yang diterimanya berubah menjadi daun sementara kunyit berubah menjadi emas..langsung jadi kaya tuh dia.
Denger cerita ini mimin jadi tambah horor sendiri. Dipikir-pikir bener juga sih kalo disana banyak penghuninya, dan tempatnya juga sepi.
Legenda Telaga Menjer, Wonosobo
Diceritakan dahulu kala ada dua orang gadis sedang mengumpulkan sayuran di ladang. Tiba-tiba datanglah seekor kepiting raksasa mendekatinya. Mereka sangat takjub melihat betapa besar dan tingginya binatang itu. Lupa akan pesan orang tuanya yang mengatakan bahwa apabila sedang berada di ladang kemudian melihat atau menemui sesuatu yang asing atau janggal mereka diminta cepat meninggalkan tempat dan jangan menggangu atau mengusiknya, salah seorang gadis itu justru mendekat serta diusapnya sambil keheranan, dan kagetlah mereka melihatnya.
Pada saat si gadis mengusap punggung kepiting, tanpa disadari sekonyong-konyong kepiting lenyap dan ditempat mereka berdiri menganga sebuah lubang yang bergerak semakin lebar dan semakin dalam menyerupai sumur yang membawa kedua gadis tadi lenyap tenggelam. Jadilah sumur dengan luas 70 ha yang kemudian dinamakan telaga Menjer.
Bentuk telaga ini makin ke dalam makin mengecil seperti kerucut (kukusan dalam bahasa Jawa) atau terompet. Di dalam telaga kadang-kadang terlihat seekor ikan besar dengan ukuran tidak terhingga. Beberapa orang juga menyaksikan kadang terlihat seseorang berjalan di atas telaga.
Telaga Menjer terletak berdekatan dengan desa Maron, Menjer, dan Tlogo. Di bagian barat telaga ada pohon besar menyatu dengan batu besar mirip sandaran dan di antara batu ada lubang seperti pintu yang ditutup tiga buah batu. Kalau batu dibuka, kita melihat mata air dalam lekukan seperti bak kurang lebih 3 m2 luasnya dan biasa disebut goa Song Kamal.
Banyak orang datang mengambil air dari sana untuk berbagai keperluan, dan sudah menjadi kepercayaan masyarakat sekitar desa bahwa apabila mereka melihat permukaan air tinggi, hal itu menjadi pertanda datangnya kemakmuran bagi rakyat desa. Sedangkan apabila permukaan air berkurang/surut, hal ini menandakan ada hal-hal yang perlu diwaspadai. (di kutip dari berbagai sumber)