Tidak di pungkiri Indonesia adalah negara dengan warisan budaya paling beragam. Salah satunya budaya berupa legenda menarik yang tersebar di berbagai pelosok negeri. Setiap daerah di Indonesia memiliki cerita rakyatnya sendiri yang diwariskan dari generasi ke generasi.begitupun di wonosobo ada sebuah desa di Dieng yang memiliki cerita sejarah menarik. Konon, desa ini hilang dan lenyap hanya dalam satu malam.namanya adalah Desa Legetang bahkan cerita ini sering dikaitkan dengan sebuah azab yang datang dari Tuhan.
Sebagian dari kita mungkin kurang familiar atau bahkan belum pernah mendengar cerita ini, karena memang tidak sepopuler cerita rakyat lainnya.konon ktanya hilangnya Desa Legetang bermula pada malam hari tanggal 17 April 1955. Di hari itu, Desa Legetang mengalami sebuah tragedi yang mengejutkan. Hujan deras mengguyur desa, menyebabkan banjir yang melanda wilayah itu. Suara gemuruh petir dan guntur memecah kesunyian malam. Penduduk desa terbangun oleh suara tersebut dan segera keluar dari rumah mereka,namun, seiring waktu, suara gemuruh tersebut semakin kuat dan membuat penduduk desa panik. Ketakutan pun merajalela, namun sebagian penduduk masih berusaha menjaga ketenangan dan saling membantu. Mereka mengungsi ke tempat-tempat yang aman, meninggalkan rumah-rumah mereka yang tengah terendam banjir.
Pagi harinya, seiring hujan reda, penduduk desa yang selamat kembali ke Desa Legetang dengan perasaan cemas. Namun, pemandangan yang mereka dapati membuat mereka terkejut. Gunung yang tadinya berada di dekat desa terbelah menjadi dua bagian, menyisakan sebuah lembah yang dalam.hal yang lebih mengejutkan lagi, desa mereka telah tertimbun di dalam lembah tersebut.
Usaha penyelamatan pun segera dilakukan oleh pemerintah setempat dan bantuan dari masyarakat sekitar. Mereka bekerja keras untuk menyelamatkan korban dan mengambil barang berharga yang masih bisa dipulihkan dari reruntuhan.
Namun, proses tersebut menjadi sulit karena letak desa yang tertimbun di dalam lembah dan akses yang sulit. tragedi tersebut tidak hanya menyebabkan kerugian materi namun juga mengubur keseluruhan desa dalam sekejap.
Longsor akibat hujan deras yang terjadi pada 17 April 1955, menyebabkan banyak korban tewas dan menjadi bencana alam yang menghancurkan sebagian besar desa tersebut.
Salah satu penyebab utama longsor ini adalah jenis tanah vulkanik yang ada di daerah tersebut. Tanah vulkanik cenderung labil dan mudah longsor saat terjadi hujan deras atau gempa bumi.di desa legetang, hujan yang mengguyur daerah tersebut beberapa hari sebelum peristiwa longsor terjadi, telah menyebabkan tanah vulkanik di lereng curam melepaskan diri.
Peristiwa longsor di Desa Legetang ini menelan banyak korban tewas. Meskipun angka pastinya tidak disebutkan secara eksplisit, diperkirakan bahwa puluhan atau mungkin ratusan orang tewas akibat bencana ini. Material yang longsor meliputi batuan, lumpur, dan material lainnya seperti pohon yang tumbang.
Peristiwa longsor di Desa Legetang tahun 1955 ini sangat menghancurkan bagi masyarakat di daerah tersebut.kejadian ini juga memberikan pelajaran penting tentang pentingnya kewaspadaan dan langkah-langkah pencegahan dalam menghadapi potensi bencana alam seperti longsor di daerah dengan tanah vulkanik dan lereng yang curam.
Masyarakat di Desa Legetang dikaitkan dengan cerita azab nya Nabi nuh karena dianggap melakukan perbuatan maksiat yang serupa. Desa Legetang juga terkenal dengan kegiatan perjudian, pentas Lengger, perzinaan, dan berbagai bentuk kemaksiatan lainnya. Tindakan ini diyakini sebagai perbuatan dosa yang melanggar ajaran agama dan prinsip moral.
Dalam daftar bencana yang tertera pada pahatan marmer, terdapat informasi mengenai jumlah korban jiwa dan lokasi bencana-bencana tersebut.
Pahatan marmer yang tersisa di pegunungan Dieng menyimpan catatan tentang beberapa bencana yang pernah terjadi di daerah ini.Salah satunya adalah letusan Gunung Sindoro pada tahun 1972 yang menewaskan sekitar 200 orang. Selain itu, dalam pahatan marmer juga terlihat keterangan tentang gempa bumi yang mengguncang Dieng pada tahun 1986, dengan korban jiwa mencapai sekitar 186 orang.
Selain itu, pahatan marmer juga mencatat bencana banjir bandang yang pernah terjadi di Dieng. Informasi ini memberikan pemahaman tentang berbagai bencana yang pernah melanda wilayah ini, serta meningkatkan kesadaran tentang pentingnya memahami risiko bencana kepada masyarakat setempat.jadi, pahatan marmer di pegunungan Dieng yang tersisa berisi daftar bencana alam yang pernah terjadi, termasuk informasi mengenai jumlah korban jiwa dan lokasi bencana tersebut.
Sebagai mana yang kita ketahui di dataran tinggi dieng yang indah dan mempesona alamnya juga menyimpan banyak misteri yang belum terpecahkan bahkan bencana yang terjadi juga masih sangat rawan,selain untuk mewaspadai juga untuk intropeksi kita masing masing.