Iklan

Selasa, 03 Maret 2020, 06.22.00 WIB
Last Updated 2020-04-20T12:01:42Z
Nge-book

Menelusuri Jalan Sunyi di Dada Sumirah






Judul                           : Sunyi di Dada Sumirah
Penulis                        : Artie Ahmad
Penerbit                     : Mojok
Terbitan                     : Cetakan Pertama, Agustus 2018
Jumlah halaman        : vii+ 298 Halaman
ISBN                            : 978-602-1318-72-0
Peresensi                   : Agustin Handayani



Lewat buku ini, sudah tersirat bahwa di dalamnya akan disuguhkan tiga kisah mengenai tiga wanita di tiga generasi. Ya. Kamu akan bertemu tiga atmosfer kesunyian yang berbeda ketika membaca buku ini. Bertemu dengan tiga tokoh; Sunyi, yang bergelut dengan kisah cinta dan suara hatinya, menutupi segala sepi dan tekanan perasaan pada ibunya.
Sumirah, kembang desa yang pada akhirnya merasa terkhianati oleh kehidupan. Suntini, perempuan tegar yang berusaha tidak menyerah pada takdir, namun hidupnya penuh pertanyaan yang ia sendiri tidak tau jawabannya.
Menyusuri kisah ketiganya, seperti semakin memberi tanda tanya pada kepala tentang apa sebenarnya kebebasan. Mungkin sudah sering bertemu kisah pahit dengan tokoh wanita, namun Artie Ahmad mengemas semuanya dengan apik dalam bahasa yang sederhana dan sudut pandang yang berbeda.
Sunyi di Dada Sumirah atau novel ini terbagi menjadi tiga bagian cerita yang saling berkaitan. Tentang Sunyi dan penolakannya pada takdir, Sumirah dengan kelamnya hidup serta Suntini yang mengalami ketidakadilan dalam hidupnya sampai akhir hayat. Tiga perempuan dalam masa yang berbeda harus menjalani takdir dan kesunyian masing-masing sementara ketidakadilan terus mengiring langkah mereka. Sebagaimana yang telah dibeberkan diatas.
Cerita pada bagian pertama, kita akan berkenalan dengan tokoh bernama Sunyi. Sesuai dengan namanya, Sunyi adalah gadis yang terlahir dari kesunyian sama seperti hidupnya. Menjadi seorang anak PSK tidak bisa dijadikan sebagai sebuah kebanggaan baginya.

Bila bisa dilahirkan kembali, Sunyi meminta sebuah kehidupan yang lebih baik lagi.     Dalam artian Sunyi memang enggan hidup seperti sekarang ini –mendapat julukan anak PSK. Hanya Arlen, setidaknya satu sahabatnya yang masih sudi menjadi sahabatnya saat semua orang bahkan menjauhinya setelah menemukan fakta bahwa dirinya anak dari seorang PSK.

Dari Sunyi kita belajar menjadi seorang yang kuat dan tegar. Berani dalam mengambil segala tindakan yang dianggapnya benar. Namun Sunyi tetaplah seorang gadis yang juga bisa merasakan cinta. Pada Ram, Sunyi pernah berharap bahwa Ram adalah lelaki yang beda dari lelaki yang pernah ditemuinya.
Di akhir bagian Sunyi, Ram seakan membuktikan bahwa orang-orang yang bermartabat belum tentu memilih harga diri yang tinggi. Tidak selalu orang kaya akan memiliki budi pekerti yang lebih daripada orang-orang redahan seperti Sunyi.

Pada bagian kedua, kita akan berkenalan dengan Sumirah, ibu dari Sunyi yang kerap disapa Mi. ketikdakadilan hidup juga menyapanya. Hidup di tengah-tengah keluarga yang ditinggal bapaknya sejak dalam kandungan, seorang Emak yang hilang bahkan saat ia masih sangat kecil hingga ia harus hidup dengan si Mbah. Kesalahan Sumirah yang terlalu menunggu Atmojo untuk kembali dari Jakarta dan melamarnya membuat hidupnya disapa oleh kekelaman yang hampir mengekalkan penderitaannya. Ia dijual oleh lelaki yang ia cintai.

Lanjut, kisah pada bagian terakhir, Suntini. Nenek dari Sunyi yang berarti adalah Ibu dari Sumirah. Mungkin ini adalah akar dari kelamnya kehidupan wanita tiga zaman tersebut. Hidup Suntini bahkan seakan hanya sekedipan mata sebelum akhirnya menghabiskan sisa hidupnya menjadi tawanan dan diasingkan di sebuah desa yang terpencil. 

Dari Suntini kita belajar bahwa hidup hanya meminta pertolongan pada Tuhan, tidak gampang mengeluh pada setiap permasalahan dan juga selalu kuat untuk bertahan. Suntini selalu memiliki banyak harapan dan memandang semuanya dari sisi baik hingga harapannya luntur bersamaan dengan penyakit yang menyerangnya selama di tempat pengasingan. Saat itu Suntini sudah tak dapat berharap untuk bertemu dengan anaknya lagi, Sumirah.

Dari kisah ketiga wanita dengan masa berbeda yang saling berkaitan tersebut, kesunyian dan ketidakadilan memang nampak sangat menyedihkan. Namun dibalik itu semua terkandung banyak makna yang mana bila kita ingin menelaah lebih dalam lagi, dari kesunyian dan ketidakadilan tersebut kita belajar bagaimana cara memaknai hidup dan memandangnya dari sisi yang mungkin hanya segelintir orang yang paham. Hidup adalah sebuah fase-fase di mana selalu ada perubahan yang lebih baik lagi, urip iku urup, tetap menghidupi bila kita mau berusaha dan memaknai semuanya dengan bijak.

"Bagi sebagian orang, kemerdekaan itu adalah ketika terbebas dari suatu beban. Tapi bagi sebagian orang lain, kemerdekaan adalah ketika menemukan kembali sesuatu yang hilang." — Sunyi di Dada Sumirah, Artie Ahmad.