Catatan mengenai candi ini berada dalam karya Raffles dalam History of Java. Tak banyak deskripsi yang dijelaskan mengenai keberadaan candi prau, kecuali dia menyebut berada diantara 400 candi yang ada berada didataran tinggi Dieng dimasa itu.
Selain lukisan candi, dlm bukunya yang telah dipublikasikan secara luas juga melampirkan gambar arca arca Buddha yang konon ditemukan di wilayah ini. Darisinilah kecurigaan mulai muncul, bagaimanapun, dalam catatan apapun (dalam catatan-catatan penjelajah setelahnya) tidak pernah menyebut atau menemukan tanda-tanda kehadiran Buddhisme di Dieng.
Setelah ditelusuri lebih lanjut, Raffles pada kenyataannya tak pernah naik ataupun melihat secara langsung kekunoan yang ada di Dieng. Karya-karya monumentalnya mengenai kekunoan di Jawa tak lebih dari adil besar seorang Kolonel berkebangsaan Belanda bernama HC Cornelius yang diangkat menjadi Surveyor Sipil dan Pengawas Bangunan Semarang.
Karena intrik, dan ketidak sukaan kerajaan Inggris dan menghapus andil orang orang Belanda ketika Inggris menguasai Hindia namanya tak pernah dicantumkan atau disinggung dalam "Buku Besar Ensiklopedia Jawa" itu. (Rouffer 1830)
Selain prahu HC. Cornellius juga merekam dan mengambarkan kondisi Candi Borobudur, Prambanan dan Sewu, dimana dia menemukan reruntuhan-reruntuhan yang disebut terakhir tsb ketika membangun sebuah benteng di wilayah Klaten.
Meskipun tak pernah diakui kerajaan Inggris, karya Cornelius ini menjadi sebuah memoriam tersendiri dan menadapatkan sebuah tempat yang sering menjadi sumber penelitian oleh peneliti-peneliti eropa (terutama arkeolog Belanda) pasca hengkangnya Inggris ditanah Jawa.
Namun daripada itu, bukan tanpa kritik. Lukisan-lukisan Cornelius dinilai jauh dari kata akurat. Pendapat itu setidaknya keluar dari beberapa sejarawan kekunoan Jawa awal. Sebut saja Ijzerman yang mengomentari mengenai patung-patung Dieng yang tercantum dalam HoJ.
Dengan pertimbangan akan hal itulah, maka bentuk dan candi Prau dalam History of Java juga perlu kembali dikritisi. Catatan selanjutnya mengenai percandian Dieng pasca turunnya panji-panji Inggris dimulai dengan kedatangan Rouffer yang hanya berselisih satu dekade dengan sang Kolonel. Dan disusul oleh ahli botani dan geologi asal Jerman bernama F.W Junghuhn.
Tulisan Junghuhn cukup jelas, terlebih latar belakangnya sebagai ahli "tumbuhan, tanah dan Gunung" memberikan andil besar mengenai bagaimana kondisi geografis dan karakter dataran tinggi Dieng.
Meskipun ia hanya menyebut diluar 20 candi yang di deskripsikannya terdapat banyak bangunan lain yang tak terhitung jumlahnya. Tak kalah penting dalam hasil penelitiannya, dia juga menyebut jika kondisi tanah dan bangunan Dieng tidak banyak berubah selama 100 tahun terakhir.
Meskipun pasca kedatangan Junghuhn telah banyak bangunan yang telah sirna, tak ada satupun candi yang bisa digolongkan menyerupai dengan yang digambarkan Cornelius ditahun 1814 itu.
Satu-satunya yang paling mirip dengan Candi Prau adalah candi Arjuna. Kemiripan itu dapat dilihat pada bentuk kala yang membulat dengan mulut melengkung yang menjadi salah satu cirinya. Piramida atap, salah satu makara yang runtuh dan tetanaman yang tumbuh juga disebutkan Hoepermans sebelum candi itu "dibersihkan" oleh Kinsbergen memberi gambaran yang mirip diantara dua candi ini.
Namun begitu, perbedaan yang terlihat menonjol adalah dengan tiadanya relung mahakala-nandisvara. Mungkinkah Cornelius juga melewatkan salah satu bentuk penting pada lukisan ini seperti gambar-gambar manual sebelumnya?
Lalu kenapa dia menyebut candi Prahu bukan Arjuna ataupun Arjuno? Faktanya di awal abad 18 candi Dieng belum lah bernama, nama-namanya adalah nama universal seperti prahu ataupun dieng, baru dimasa 30-an nama-nama pewayangan disematkan, meskipun nama-nama ini tetaplah sering tertukar satu sama lain.
Mungkinkah prau adalah arjuna? Entahlah, latar belakang lukisan yang merupakan lereng rendah kaki prau timur lukisan Cornelius saat ini kondisinya masih sama. Selain itu, fragmen kala yang sempat kami temukan beberapa waku memungkinkan jika kala arjuna saat ini belum sempurna. Namun, tak bisa dipungkiri bila digunung prahu juga terdapat kekunoan, meski dari gambar yang tersedia candi ini haruslah dicari dikaki, lembah atau titik rendah dataran tinggi.
(Dikutip dari berbagai sumber)
*Men kaya tulisan nganu