Iklan

Selasa, 21 Mei 2019, 04.04.00 WIB
Last Updated 2019-06-27T14:16:40Z
NgabubureadNge-bookResensi buku

Aroma Karsa, bercerita lewat rasa





JUDUL BUKU                      : Aroma Karsa
JENIS BUKU                         : FIKSI
PENULIS                               : DEE LESTARI
PENERBIT                             : PT. BENTANG PUSTAKA
JUMLAH HALAMAN          : 710
ISBN                                       : 978-602-291-463-1.
TAHUN TERBIT                   : Maret 2018

Membaca buku Aroma Karsa karya Dee Lestari ini seakan-akan tangan ini digerakkan terus untuk membuka lembar per lembar. Masuk dalam alur cerita yang menarik pada novel ini mempertemukan tokoh antara lain seperti Jati Wesi, Raras Prayaagung, Tanaya Suma, Anung, Nurdin Suroso, Khalil. Dengan cerita tentang perjalanan Jati Wesi sebagai tokoh utama mencari jati dirinya dan sebuah bunga yang bernama puspa karsa. Puspa karsa sendiri merupakan sebuah tanaman misteri yang dikenal dari sebuah lontar kuno.
Di awal cerita, Jati Wesi adalah seorang pemuda yang memiliki kemampuan penciuman aroma yang melebihi dari orang biasa. Seumur hidupnya tinggal di TPU Bantar Gebang yang telah terbiasa bercengkrama dengan aroma sampah, sembari dia bekerja di toko parfum. Namun karena dianggap menjiplak formula parfum  dari perusahaan parfum terkenal Kemara, dia ditangkap polisi.
Namun tak langsung di jebloskan ke penjara, Jati malahan diberi pilihan untuk berada di penjara atau bebas namun terikat kontrak dengan perusahaan parfum tersebut. Lanjut Jati memilih untuk ikut bekerjasama dan memilih ikut dengan seorang yang bernama Raras, pemilik perusahaan parfum Kemara.
Lain tokoh seperti Tanaya Suma yang tumbuh dengan memiliki gejala Hiperosmia, berhubungan dengan bau yang berefek secara berlebihan pada tubuh yang pada dasarnya mereka berhubungan dengan sebuah kisah bernama Puspa Karsa seperti yang telah disinggung diatas. Puspa Karsa yang diyakini sebagai dongeng oleh Raras Prayaagung.
Pada halaman awal seperti menceritakan bahwa Puspa Karsa adalah tanaman yang punya kehendak dan bisa mengendalikan kehendak. Kehendak Puspa Karsa juga yang menentukan siapa yang bisa membauinya.
Perjalanan mencari Puspa Karsa sejak bertahun-tahun lalu, pemilik Kemara, Raras Prayaagung memulai ekspedisi pertamanya 26 tahun yang lalu. Dengan selingan flashback dan saling berhubungan menambah ke gregetan dalam membacanya. Dengan obsesi yang bertanya-tanya ingin segera menemukan endingnya.
Disamping dalam pencarian tanaman Puspa Karsa, juga membawa Jati pada sebuah hal lain yang berhubungan dengan masa lalunya. Kekuatan penulis yang indah dalam menyajikan alur cerita ditambah dengan cermatnya memilih kata namun yang dituangkan dengan berbagai genre seperti, petualangan, filosofi kehidupan, mitologi, romance.
Kemenarikan mengapa membaca novel ini adalah dengan sebuah kendilalahan yang tak direncana, awal hanya iseng memilih-milih buku di rak, membaca sekilas dan menemukan beberapa penggalan menyinggung gunung Lawu. Wah ini menarik benak saya kala itu, minimal mengobati rasa rindu dengan gunung. Minimal yak. Tenang-tenang.
Ekspetasi saya yang awal hanya perjalanan ekspedisi gunung Wukir Mahesa Giri atau Lawu ini ternyata salah, novel ini juga menyajikan misteri sejak awal atau mengajak untuk berpetualang tentang aroma, berpetualang membaui aroma parfum bahkan aroma mitologi, perklenikan, sejarah, tanaman, dan lainnya. Eh sebentar per-klenik-an? Entah apa itu yak. Ya memang klenik, klenik adalah suatu hal yang belum dapat kita jangkau, selama sudah kita jangkau sebuah ilmu atau hal apapun itu bukan menjadi klenik lagi. #mbokan.
Dengan penggambaran suasana yang mistis dan wingit tentang jalur tengah, sebuah jalur pendakian yang masih asri dan lebat. Bukan jalur pada rute pendakian yang biasanya. selain dua rute jalur mainstream.
Di dalam Aroma Karsa, diceritakan mengenai raja Majapahit yang tak pernah tercatat di dalam sejarah, Mahesa Guning. Raja yang terpikat dengan Sanghyang Batari Puspa Karsa yang menjelma perempuan cantik luar biasa. Batari Puspa ini yang menggegerkan alam dewa-dewi. Dewi ini memiliki kemampuan untuk mengendalikan siapapun dan apapun yang bernyawa, dengan pesonanya yang semerbak untuk mengait memikat manusia atau hewan yang mendekat, lanjut untuk dimakan dihisap sampai mati untuk memperkuat dirinya.
Sang Dewi yang di gambarkan memiliki wujud mengerikan, tapi dia pandai memakai topeng terbaik untuk mengelabui mangsanya. Talbis, atau pencitraan katakanlah. Entah itu dalam wujud anggrek berhelai emas atau titisan berwajah jelita.
Sedemikian berbahayanya sang dewi sehingga paradewata bersekutu untuk memutusnya dari dunia, mengurungnya di dalam gua gelap yang terasing tak terjamah dan dikelilingi tumbuhan racun yang mematikan. Jangan sampai terbangun, sekali terbangun binasalah dunia.
Perempuan dengan keinginan yang kuat dan kemampuan untuk mengendalikan harus dimusnahkan, di kuras darahnya sampai tak bersisa setetes pun. Mahesa Guning mengorbankan hidupnya untuk menjadi Amongwana atau penjaga hutan untuk menjaga agar Puspa Karsa tak terbangun, memagari alas Kalingga, penjara Puspa Karsa.
Ditunjang dengan riset yang mendalam penulis novel ini memberikan sebuah suguhan pulen tentang hal baru, misal menjadi pengeling-eling mengenai naskah kuno, bahasa sanskerta, arkeologi. Pada aroma karsa ini ada cerita yang diambil dari sebuah lontar mengkisahkan tanaman Puspa Karsa yang juga terkait dengan sebuah prasasti Planggatan di lereng Gunung Lawu.
Atau rentetan beberapa nama latin yang mbuh bagi pikiran saya, olah parfum, sejarah, hingga sejarah tentang Kalingga, atau sampai tentang desa Dwarapala, yang menurut kisah kulak jare adol nggere merupakan desa yang hilang dan warga satu desa itu hilang sebab moksa. Semua kisah tersebut disajikan dengan manis seperti kue. Tetapi nanggung. Hanya sekilas saja.
Tetapi tetap Aroma Karsa tetaplah menghibur, dengan berhasil membuat saya mengkhatamkan hingga tuntas dan menjadi obat tentang hal-hal klenik. Memang novel yang klenik.
“Tan wenang kinawruhan ng katrsnan, wenang rinarasan ri manah juga.”
(Asmara, tidak bisa dipahami, Cuma bisa dirasakan akibatnya.)

Ngabuburead Episode perdana kita cukupkan dulu kita sambung di episode-episode selanjutnya. pantau terus ya lur!
Anda pun juga bisa berkontribusi dengan mengirimkan tulisannya ke email: Redaksi@wonosoboclick.com dengan subjek "Ngabuburead"