JUDUL BUKU :
Aroma Karsa
JENIS BUKU :
FIKSI
PENULIS :
DEE LESTARI
PENERBIT :
PT. BENTANG PUSTAKA
JUMLAH HALAMAN : 710
ISBN :
978-602-291-463-1.
TAHUN TERBIT :
Maret 2018
Membaca buku Aroma Karsa karya Dee
Lestari ini seakan-akan tangan ini digerakkan terus untuk membuka lembar per
lembar. Masuk dalam alur cerita yang menarik pada novel ini mempertemukan tokoh
antara lain seperti Jati Wesi, Raras Prayaagung, Tanaya Suma, Anung, Nurdin
Suroso, Khalil. Dengan cerita tentang perjalanan Jati Wesi sebagai tokoh utama
mencari jati dirinya dan sebuah bunga yang bernama puspa karsa. Puspa karsa
sendiri merupakan sebuah tanaman misteri yang dikenal dari sebuah lontar kuno.
Di awal cerita, Jati Wesi adalah
seorang pemuda yang memiliki kemampuan penciuman aroma yang melebihi dari orang
biasa. Seumur hidupnya tinggal di TPU Bantar Gebang yang telah terbiasa
bercengkrama dengan aroma sampah, sembari dia bekerja di toko parfum. Namun
karena dianggap menjiplak formula parfum
dari perusahaan parfum terkenal Kemara, dia ditangkap polisi.
Namun tak langsung di jebloskan ke
penjara, Jati malahan diberi pilihan untuk berada di penjara atau bebas namun
terikat kontrak dengan perusahaan parfum tersebut. Lanjut Jati memilih untuk
ikut bekerjasama dan memilih ikut dengan seorang yang bernama Raras, pemilik
perusahaan parfum Kemara.
Lain tokoh seperti Tanaya Suma yang
tumbuh dengan memiliki gejala Hiperosmia, berhubungan dengan bau yang berefek
secara berlebihan pada tubuh yang pada dasarnya mereka berhubungan dengan sebuah
kisah bernama Puspa Karsa seperti yang telah disinggung diatas. Puspa Karsa
yang diyakini sebagai dongeng oleh Raras Prayaagung.
Pada halaman awal seperti
menceritakan bahwa Puspa Karsa adalah tanaman yang punya kehendak dan bisa
mengendalikan kehendak. Kehendak Puspa Karsa juga yang menentukan siapa yang
bisa membauinya.
Perjalanan mencari Puspa Karsa sejak
bertahun-tahun lalu, pemilik Kemara, Raras Prayaagung memulai ekspedisi
pertamanya 26 tahun yang lalu. Dengan selingan flashback dan saling berhubungan
menambah ke gregetan dalam membacanya. Dengan obsesi yang bertanya-tanya ingin
segera menemukan endingnya.
Disamping dalam pencarian tanaman
Puspa Karsa, juga membawa Jati pada sebuah hal lain yang berhubungan dengan
masa lalunya. Kekuatan penulis yang indah dalam menyajikan alur cerita ditambah
dengan cermatnya memilih kata namun yang dituangkan dengan berbagai genre
seperti, petualangan, filosofi kehidupan, mitologi, romance.
Kemenarikan mengapa membaca novel
ini adalah dengan sebuah kendilalahan yang tak direncana, awal hanya
iseng memilih-milih buku di rak, membaca sekilas dan menemukan beberapa
penggalan menyinggung gunung Lawu. Wah ini menarik benak saya kala itu, minimal
mengobati rasa rindu dengan gunung. Minimal yak. Tenang-tenang.
Ekspetasi saya yang awal hanya
perjalanan ekspedisi gunung Wukir Mahesa Giri atau Lawu ini ternyata
salah, novel ini juga menyajikan misteri sejak awal atau mengajak untuk
berpetualang tentang aroma, berpetualang membaui aroma parfum bahkan aroma
mitologi, perklenikan, sejarah, tanaman, dan lainnya. Eh sebentar
per-klenik-an? Entah apa itu yak. Ya memang klenik, klenik adalah suatu hal
yang belum dapat kita jangkau, selama sudah kita jangkau sebuah ilmu atau hal
apapun itu bukan menjadi klenik lagi. #mbokan.
Dengan penggambaran suasana yang
mistis dan wingit tentang jalur tengah, sebuah jalur pendakian yang masih asri
dan lebat. Bukan jalur pada rute pendakian yang biasanya. selain dua rute jalur
mainstream.
Di dalam Aroma Karsa, diceritakan
mengenai raja Majapahit yang tak pernah tercatat di dalam sejarah, Mahesa Guning.
Raja yang terpikat dengan Sanghyang Batari Puspa Karsa yang menjelma perempuan cantik
luar biasa. Batari Puspa ini yang menggegerkan alam dewa-dewi. Dewi ini
memiliki kemampuan untuk mengendalikan siapapun dan apapun yang bernyawa,
dengan pesonanya yang semerbak untuk mengait memikat manusia atau hewan yang
mendekat, lanjut untuk dimakan dihisap sampai mati untuk memperkuat dirinya.
Sang Dewi yang di gambarkan memiliki
wujud mengerikan, tapi dia pandai memakai topeng terbaik untuk mengelabui
mangsanya. Talbis, atau pencitraan katakanlah. Entah itu dalam wujud
anggrek berhelai emas atau titisan berwajah jelita.
Sedemikian berbahayanya sang dewi
sehingga paradewata bersekutu untuk memutusnya dari dunia, mengurungnya di
dalam gua gelap yang terasing tak terjamah dan dikelilingi tumbuhan racun yang
mematikan. Jangan sampai terbangun, sekali terbangun binasalah dunia.
Perempuan dengan keinginan yang kuat
dan kemampuan untuk mengendalikan harus dimusnahkan, di kuras darahnya sampai
tak bersisa setetes pun. Mahesa Guning mengorbankan hidupnya untuk menjadi Amongwana
atau penjaga hutan untuk menjaga agar Puspa Karsa tak terbangun, memagari alas
Kalingga, penjara Puspa Karsa.
Ditunjang dengan riset yang mendalam
penulis novel ini memberikan sebuah suguhan pulen tentang hal baru,
misal menjadi pengeling-eling mengenai naskah kuno, bahasa
sanskerta, arkeologi. Pada aroma karsa ini ada cerita yang diambil dari sebuah
lontar mengkisahkan tanaman Puspa Karsa yang juga terkait dengan sebuah
prasasti Planggatan di lereng Gunung Lawu.
Atau rentetan beberapa nama latin
yang mbuh bagi pikiran saya, olah parfum, sejarah, hingga sejarah
tentang Kalingga, atau sampai tentang desa Dwarapala, yang menurut kisah kulak
jare adol nggere merupakan desa yang hilang dan warga satu desa itu hilang
sebab moksa. Semua kisah tersebut disajikan dengan manis seperti kue. Tetapi
nanggung. Hanya sekilas saja.
Tetapi tetap Aroma Karsa tetaplah
menghibur, dengan berhasil membuat saya mengkhatamkan hingga tuntas dan menjadi
obat tentang hal-hal klenik. Memang novel yang klenik.
“Tan wenang kinawruhan ng katrsnan, wenang rinarasan ri manah
juga.”
(Asmara, tidak bisa dipahami, Cuma bisa dirasakan akibatnya.)
Ngabuburead Episode perdana kita cukupkan dulu kita sambung di episode-episode selanjutnya. pantau terus ya lur!
Anda pun juga bisa berkontribusi dengan mengirimkan tulisannya ke email: Redaksi@wonosoboclick.com dengan subjek "Ngabuburead"