foto: IG @trexbae |
Ya
sudah saya tak balik dulu kang, gadget saya dayanya habis. Tukas kang Amin sambil
nyruput kopi yang terkahir. Sambil membayar dan berbalik arah ingin pulang tak
luput tangannya menyahut tempe kemul dengan pergi menggalkan angkringan. Kang Iman
aku duluan ya? Ini tempe bayar jenengan heuheuheu..
“Wah
kok saya yang jadi bayar kang ?” kang Iman menanggapi kang Amin yang sudah
berjalan di selimuti kabut malam dengan sedikit remang remang pantulan cahaya
bulan purnama bersinar.
“Belum
selesai juga ceritanya langsung pergi saja..” Gerutu kang Iman. Lik Slamet yang
duduk disebelahnya hanya tersenyum melihat tingkah kawannya itu.
“Sudah
sudah kang, teruskan saja ngopi mu itu nanti keburu dingin lo?.” Lik Slamet
mengawali pembicaraannya sambil menyodorkan gedhang goreng kemebul ke kang
Iman. Kita teruskan saja pembicaraannya.
"Oh
iya kang” jawab kang Iman singkat dengan menyeruput kopi hitamnya.
"Tembang
babadan itu sebenarnya juga sebagai pengeling-eling kang, sebab didalam
syairnya menyiratkan tentang persaksian kepada gusti kang Maha Agung Maha Welas
Asih atau jika dapat kita sebut dengan syahadatain( dua kalimah syahadat)
ditambah tembang ini dilantunkan diawal pagelaran, jadi sebelum acara dimulai
otomatis kita untuk selalu ingat dan bersaksi bahwa tiada tuhan selain Gusti
Allah dan Kanjeng nabi Muhammad adalah utusan Allah Swt. kita memohon doa
kepada Allah agar selalu melindungi dalam setiap laku maupun perbuatan apapun." Tutur lik Slamet membuka pembicaraanya.
Wonosobo, 8 Januari 2018