Iklan

Selasa, 09 Januari 2018, 08.48.00 WIB
Last Updated 2020-08-22T17:35:53Z
Lenggeran

Belajar Dari Tembang Babadan (2)

foto: IG @trexbae


Ya sudah saya tak balik dulu kang, gadget saya dayanya habis. Tukas kang Amin sambil nyruput kopi yang terkahir. Sambil membayar dan berbalik arah ingin pulang tak luput tangannya menyahut tempe kemul dengan pergi menggalkan angkringan. Kang Iman aku duluan ya? Ini tempe bayar jenengan heuheuheu..



“Wah kok saya yang jadi bayar kang ?” kang Iman menanggapi kang Amin yang sudah berjalan di selimuti kabut malam dengan sedikit remang remang pantulan cahaya bulan purnama bersinar.

“Belum selesai juga ceritanya langsung pergi saja..” Gerutu kang Iman. Lik Slamet yang duduk disebelahnya hanya tersenyum melihat tingkah kawannya itu.

“Sudah sudah kang, teruskan saja ngopi mu itu nanti keburu dingin lo?.” Lik Slamet mengawali pembicaraannya sambil menyodorkan gedhang goreng kemebul ke kang Iman. Kita teruskan saja pembicaraannya.

"Oh iya kang” jawab kang Iman singkat dengan menyeruput kopi hitamnya.

"Tembang babadan itu sebenarnya juga sebagai pengeling-eling kang, sebab didalam syairnya menyiratkan tentang persaksian kepada gusti kang Maha Agung Maha Welas Asih atau jika dapat kita sebut dengan syahadatain( dua kalimah syahadat) ditambah tembang ini dilantunkan diawal pagelaran, jadi sebelum acara dimulai otomatis kita untuk selalu ingat dan bersaksi bahwa tiada tuhan selain Gusti Allah dan Kanjeng nabi Muhammad adalah utusan Allah Swt. kita memohon doa kepada Allah agar selalu melindungi dalam setiap laku maupun perbuatan apapun." Tutur lik Slamet membuka pembicaraanya.
Wonosobo, 8 Januari 2018