Wonosobo merupakan kota kecil bagian dari provinsi Jawa Tengah. Di kota yang berslogan Wonosobo ASRI (Aman, Sehat, Rapi, Indah) ini terdapat makam seorang wali yang bernama Syekh Abdullah Quthbuddin yang bertempat di Desa Candirejo Kecamatan Mojotengah Kabupaten Wonosobo. Syekh Abdullah Quthbuddin adalah seorang tokoh pembawa aliran tarekat Naqsabandiyah pertama di Pulau Jawa yang berasal dari Iran. Berkat kedatangannya, bisa jadi Desa Candirejo adalah desa Islam pertama di pulau Jawa.
Pada rubrik terbaru "Ziarah" di Portal Wonosobo Click kali ini akan sedikit mengulas mengenai tempat tempat ziarah khususnya di kota tercinta kita, ya Wonosobo tepatnya. namun tidak hanya itu saja kita akan mengajak sobat click untuk sedikit napak tilas mengenai beberapa situs budaya sejarah.
pokoknya dijamin seru dan penasaran bukan? Langsung saja kita simak!
Tarekat Naqsabandiyah
merupakan tarekat yang didirikan oleh Syekh Muhammad Ibnu Muhammad Bahauddin
Al-Uwaisi Al-Bukhoro An-Naqsabandi, pada tahun 717 H atau 1317 M. Beliau wafat
di daerah Desa Bukhoro pada tahun 791H atau 1389M. Pelajaran tasawuf pertama yang
diperolehnya adalah dari gurunya yaitu Syekh Muhammad Babasamasi. Setelah
gurunya wafat beliau kemudian menggantikan kedudukan gurunya sebagai khalifah.
Dari kota (Wonosobo) letak Desa
Candirejo, Kecamatan Mojotengah tidak terlalu jauh. Sekitar 8 kilometer saja. Jarak
tersebut dapat ditempuh dengan menggunakkan kendaraan roda dua maupun roda
empat. Jalan menuju desa tersebut sudah cukup bagus dan beraspal, meskipun jalannya
yang masih sempit. Letak makam Syekh Abdullah Quthbuddin berada cukup jauh dari
desa.
Lokasinya di tengah tengah areal persawahan yang masih ijo royo-royo dan bercampur dengan pemakaman
desa setempat. Sepanjang perjalanan menuju makam, pengunjung disuguhi
pemandangan yang indah berupa hamparan tanah pertanian yang ditanami padi,
jagung, cabai, kol yang tumbuh subur.
Di dekat makam juga terdapat mata air yang
mengalir jernih dan tak pernah kering. Penduduk setempat menyebutnya mbelik.
Makam Syekh Abdullah Quthbuddin berada persis di kiri pintu masuk pemakaman dan
berada di bawah pohon beringin. Makam sederhana berupa kijing ‘nisan’ yang
pinggirnya berupa batu-batu yang ditata. Selain itu ada dua buah makam yang menurut
warga setempat merupakan makam istri syekh Abdullah Quthbuddin.
Setelah sampai di lokasi, anda akan disambut dengan dua gapura menyerupai candi yang berdiri gagah menyabut siapa saja yang hadir. Ketika berada di makam suasananya
sangat sepi dan dingin, karena area tersebut merupakan makam kuno. Di sekitar
pemakaman berserakan batu-batu semacam situs candi yang diyakini merupakan
bekas pondok pesantren milik Syekh Abdullah Quthbuddin.
Menurut wacana dalam waktu dekat ini jalan
menuju ke makam akan diaspal dan diperlebar supaya memudahkan para peziarah yang
datang ke makam, dan sekarang sedang dalam proses perbaikan. Hal tersebut merupakan suatu upaya Pemkab Wonosobo untuk
mengembangkan wisata religius dengan mengangkat lokal wisdom masyarakat setempat.
Semoga perbaikan dapat terlaksana dengan lancar.
Rubrik "ziarah" pekan ini kita cukupkan sampai disini dahulu, kita ulas lagi di pekan depan ya?
*(dihimpun dari berbagai sumber)