foto: IG:@trexbae |
Disebuah
angkringan pojok dusun Maron milik mbah Wulung. ditemani segelas kopi hitam
yang masih panas beserta jodohnya, gedang goreng dan tempe kemul. Di balik
kabut yang menyelimuti negeri atas awan ini, sebut saja lik Slamet, lelaki
paruh baya yang sedang duduk termenung entah memikirkan apa.
Dari
kejauhan dalam remang-remang cahaya malam, Kang iman melihat seperti tidak
asing dengan lelaki paruh baya yang sedang duduk termenung di bangku
Angkringan. Tanpa basa basi Kang Iman pun segera menemui sahabat dekatnya itu,
dengan jalan mengendap endap, bantinya bermaksud untuk mengagetkan sahabatnya,
sela kemudian kang Iman tepat di belakang karibnya.
Whhhayyo!
Gertak kang Iman sambil menepuk pundak Lik slamet.
Astaghfirullah!,
terlonjak lik Slamet sambil menoleh kebelakang, penasaran siapa yang
mengagetkannya. Hehehe, sebenarnya kamu itu kenapa sih lik kelihatannya murung
begitu? Seperti ada masalah?, sapa kang Iman, sambil terkekeh.
“Ah
kamu itu seperti bisa membaca isi hati saja kang, jawab lik Slamet singkat.
“Heuheuheu,
lik, Aku ini sudah berkawan denganmu sudah lama, kaya ndak ngerti saja kalau
kamu ada masalah? Ceritalah saja kepada kawanmu ini aku siap menjadi pendengar
setia, kalau dipendam sendiri nanti tambah tua saja wajahmu. Ejek kang Iman.
“begini
kang sebenarnya tidak begitu penting amat sih, tapi dibenak pikiran saya kok
seperti mengganjel saya merasa prihatin kang, dengan keadaan tari Lengger
Wonosobo yang semakin tidak begitu diminati di era zaman now yang lebih
memilih hiburan atau kesenian modern atau dari luar?”
“Lho,
malah baguskan generasi yang selalu update dan selalu kekinian pada zaman, Kang
iman serius menanggapi.”
Bagus
bagaimana sih, kalau begitu teruskan nggak baik nanti kepercayaaan pada budaya
sendiri menjadi hilang, dan menganggap budaya luar yang lebih baik. Kita dapat kehilangan jati diri
bangsa. Meskipun perlu juga mengenal budaya luar, tapi ya sekedarnya saja.”
“iya,
ya benar juga kamu lik.”
“padahal
kesenian lengger memilki sarat akan nilai-nilai kebenaran yang banyak. Sambung lik
Slamet.
Sarat
akan nilai bagaimana? Kang Iman mengejar.
Coba
pikirkan dan bayangkan kang, tidak banyak nilai-nilai yang terkandung pada
pagelaran tari lengger bagaimana? Ambil contoh saja dari kata ‘Lengger’ itu,
ada maknanya, lengger: ilinga ngger marang gusti kang maha suci, dalam arti
kepada Allah Swt”
Terus
apa lagi lik?”kang Iman makin penasaran dengan cerita lik Slamet.
Dari
segi gerakan kita dapat mentadabburi-nya kang, dalam gerakan tersebut
menggambarkan ambillah sesuatu yang baik dan buanglah yang buruk.
Lalu dalam pagelaran tari
lengger ada banyak lakon yang mengandung
nilai-nilai. tidak hanya nilai tasawuf saja tapi ada nilai kepemimpinan,
pertanian dlsb. Misalnya seperti lakon Sontoloyo yang menjelaskan dan
ditadabburi sebagai simulasi kepemimpinan yag baik dan tata kenegaraan. Ada jenis tari, Melik-melik yang mensimulasikan kebulatan dalam hidup.”
Hah!,
maksud kebulatan dalam hidup apa itu lik?.
Sambil
menyeruput kopinya, lik Slamet melanjutkan pembicaraanya, yang dimaksud
kebulatan dalam hidup ya, bahwa hidup ini bulatan atau melingkar seperti roda
kehidupan, terkadang dibawah terkadang diatas, tinggal kita bagaimana menyikapinya
kang.