Memperingati pergantian tahun baru Islam
1439 H, atau bulan Suro (Muharam). Banyak kegiatan dalam meperingatinya. Bulan
yang mulia ini dimanfaatkan banyak orang untuk bertirakat, beribadah, maupun
kegiatan apapun yang intinya beraktivitas positif, salah satunya euforia masyarakat Garung untuk memperingati atau
dalam rangka mensyukuri nikmat dari tuhan Yang Maha Esa dengan nguri nguri
budaya, yaitu menampilkan pagelaran Tari Topeng Lengger Wonosobo.
Pagelaran yang ditampilkan oleh grup
seni Mitra budaya Garung ini cukup mengundang khalayak. Beberapa topeng sudah
tertata rapi di tempatnya. Lantunan tembang babadan membuka pagelaran malam itu, dilanjut tembang tolak balak menambah kesyahduan
dan kekhusyu’an ketika diselingi
dengan sholawat: sholla allahu ‘alaihi wasallam, dalam pikiran penulis
tembang ini menjadikan doa dalam pagelaran. Disambung tembang eling-eling,
yang mendendangkan dan menyiratkan pengiling-iling(pengingat) setelah itu
mulailah Kinayakan(ayak). Sebelumnya sempat menampilkan penampilan tari
kolosal dengan lakon “Rakai Garung”(untuk ini bisa dijelaskan lain
waktu). Meskipun malam itu hujan gerimis menyertai pagelaran, namun cukup banyak
masyarakat yang mengayubagya.
![]() |
foto:@prasetyo |
Lakon Rangsang Tuban
dibawakan dengan gerakan tari yang lemah gemulai oleh kedua penari dengan
kompak, sorak sorai niyaga maupun pengggerong menambah suasana
malam bulan suro semakin gayeng dan
lebih berwarna.
Seusai lakon Rangsang Tuban,
lakon Sarindoro naik panggung, dengan gayengnya, lakon gagahan
menghentak panggung, suara kendhang mengiringi gerakan. Tak lupa parikan
parikan “Wonosobo kutha Asri” di tembangkan.
Antusias penonton semakin banyak,
bahkan tak sedikit yang merapat ke panggung
bersamaan lakon yang sedikit berbeda dari sebelumnya yaitu Gondangkeli
mendobrak panggung, bisa dikatakan lakon ini sering ditunggu-tunggu dalam
setiap pagelaran.
![]() |
foto:@prasetyo |
Lakon melankolis ini menyiratkan tentang sangkan
paraning dumadi. Apalagi ketika pemain mengalami mendem atau ndadi
(trance) pada lakon tersebut, Mata
penulis tertuju seketika ketika anak kecil mengambil sepasang topeng berwarna
merah dan kuning sepertinya itu topeng Umar maya Umar madi kebelakang
panggung maksud hati mungkin setelah lakon Gondangkeli selesai mungkin
lakon ini akan segera tampil. Namun tidak demikian, setelah sepasang topeng
tersebut dibawa kebelakang tapi ternyata dari pen-ndadi(baca:orang yang
kesurupan atau mendem) meminta lakon Umar maya dan Umar madi
dibawakan. Maka seketika mengalunlah gamelan mengantar lakon Umarmaya
Umarmadi.
Ketika lakon Umarmaya Umarmadi
tampil, penulis menikmati dari gerakan pergerakan hampir sama seperti lakon
sebelumnya, suara persilangan gamelan saron, demung, maupun alunan bonang, gong,
kenong, dan seperangkat gamelan lain mengalun sesuai kaidahnya. Menambah menarik
bagi penulis ketika tembang “e dayohe teka..” menyelingi dan bersahut
sahutan dengan alunan gamelan. “E dayohe teko.. e gelarna klasa..e klasane
bedah.. e tambalo jadah.. e jadah-e mambu.. e pakakna asu.. e asune mati.. e
guwang ning kali.. e kaline banjir.. e buwaken pinggir..”
Intinya lagu tembang tersebut jika
dimaknai(ditadabbur-i) menjelaskan mengenai Manajemen Hidup, lebih mudahnya
manajemen menghadapi apapun yang hadir dalam hidup, ambil contoh ketika kita mendapat
masalah kita dapat memetakan masalah dengan hati yang lapang dan kesiapan,
bahwa kita bisa menghadapi masalah tersebut.
Nah mungkin di bulan suro ini
penulis diingatkan oleh sebuah tembang tersebut, dan mumpung bulan Muharom(suro)
bulan mulia penuh anugrah maka jadikanlah bulan ini sebagai awal untuk membuka
lembaran baru untuk senantiasa dalam berbuat kebaikan.
Pembahasan kali ini bisa cukupkan
sampai disini dulu, lain waktu kita bahas kembali, dan ini hanya sebatas
tadabbur. Cukup sampai disini perjumpaan kita.
“Yen rumangsa tresna bangsa(indonesia),
kudu tresna marang budaya!”
Ini catatanku, mana catatanmu?
#CatetanDolan menerima kiriman
cerita pembaca apapun seputar Wonosobo. Tayang tiap Senin. Kirimkan ceritamu ke
Redaksi@wonosoboclick.com dengan
subject”CatetanDolan”.