Iklan

Senin, 25 September 2017, 11.23.00 WIB
Last Updated 2017-09-25T18:23:04Z
budayaCatetan Dolan

Suronan bersama Mitra Budaya Garung




 
Foto:@prasetyo
Memperingati pergantian tahun baru Islam 1439 H, atau bulan Suro (Muharam). Banyak kegiatan dalam meperingatinya. Bulan yang mulia ini dimanfaatkan banyak orang untuk bertirakat, beribadah, maupun kegiatan apapun yang intinya beraktivitas positif, salah satunya euforia  masyarakat Garung untuk memperingati atau dalam rangka mensyukuri nikmat dari tuhan Yang Maha Esa dengan nguri nguri budaya, yaitu menampilkan pagelaran Tari Topeng Lengger Wonosobo.
Pagelaran yang ditampilkan oleh grup seni Mitra budaya Garung ini cukup mengundang khalayak. Beberapa topeng sudah tertata rapi di tempatnya. Lantunan tembang babadan  membuka pagelaran malam itu,  dilanjut tembang tolak balak menambah kesyahduan dan kekhusyu’an  ketika diselingi dengan sholawat: sholla allahu ‘alaihi wasallam, dalam pikiran penulis tembang ini menjadikan doa dalam pagelaran. Disambung tembang eling-eling, yang mendendangkan dan menyiratkan pengiling-iling(pengingat) setelah itu mulailah Kinayakan(ayak). Sebelumnya sempat menampilkan penampilan tari kolosal dengan lakon “Rakai Garung”(untuk ini bisa dijelaskan lain waktu). Meskipun malam itu hujan gerimis menyertai pagelaran, namun cukup banyak masyarakat yang mengayubagya.

foto:@prasetyo

Lakon Rangsang Tuban dibawakan dengan gerakan tari yang lemah gemulai oleh kedua penari dengan kompak, sorak sorai niyaga maupun pengggerong menambah suasana malam bulan suro semakin  gayeng dan lebih berwarna.
Seusai lakon Rangsang Tuban, lakon Sarindoro naik panggung, dengan gayengnya, lakon gagahan menghentak panggung, suara kendhang mengiringi gerakan. Tak lupa parikan parikan “Wonosobo kutha Asri” di tembangkan.
Antusias penonton semakin banyak, bahkan tak sedikit yang  merapat ke panggung bersamaan lakon yang sedikit berbeda dari sebelumnya yaitu Gondangkeli mendobrak panggung, bisa dikatakan lakon ini sering ditunggu-tunggu dalam setiap pagelaran.
foto:@prasetyo
 Lakon melankolis ini menyiratkan tentang sangkan paraning dumadi. Apalagi ketika pemain mengalami mendem atau ndadi (trance) pada lakon tersebut,  Mata penulis tertuju seketika ketika anak kecil mengambil sepasang topeng berwarna merah dan kuning sepertinya itu topeng Umar maya Umar madi kebelakang panggung maksud hati mungkin setelah lakon Gondangkeli selesai mungkin lakon ini akan segera tampil. Namun tidak demikian, setelah sepasang topeng tersebut dibawa kebelakang tapi ternyata dari pen-ndadi(baca:orang yang kesurupan atau mendem) meminta lakon Umar maya dan Umar madi dibawakan. Maka seketika mengalunlah gamelan mengantar lakon Umarmaya Umarmadi.
Ketika lakon Umarmaya Umarmadi tampil, penulis menikmati dari gerakan pergerakan hampir sama seperti lakon sebelumnya, suara persilangan gamelan saron, demung, maupun alunan bonang, gong, kenong, dan seperangkat gamelan lain mengalun sesuai kaidahnya. Menambah menarik bagi penulis ketika tembang “e dayohe teka..” menyelingi dan bersahut sahutan dengan alunan gamelan. “E dayohe teko.. e gelarna klasa..e klasane bedah.. e tambalo jadah.. e jadah-e mambu.. e pakakna asu.. e asune mati.. e guwang ning kali.. e kaline banjir.. e buwaken pinggir..”
Intinya lagu tembang tersebut jika dimaknai(ditadabbur-i) menjelaskan mengenai Manajemen Hidup, lebih mudahnya manajemen menghadapi apapun yang hadir dalam hidup, ambil contoh ketika kita mendapat masalah kita dapat memetakan masalah dengan hati yang lapang dan kesiapan, bahwa kita bisa menghadapi masalah tersebut.
Nah mungkin di bulan suro ini penulis diingatkan oleh sebuah tembang tersebut, dan mumpung bulan Muharom(suro) bulan mulia penuh anugrah maka jadikanlah bulan ini sebagai awal untuk membuka lembaran baru untuk senantiasa dalam berbuat kebaikan.
Pembahasan kali ini bisa cukupkan sampai disini dulu, lain waktu kita bahas kembali, dan ini hanya sebatas tadabbur. Cukup sampai disini perjumpaan kita.
Yen rumangsa tresna bangsa(indonesia), kudu tresna marang budaya!”
Ini catatanku, mana catatanmu?
#CatetanDolan menerima kiriman cerita pembaca apapun seputar Wonosobo. Tayang tiap Senin. Kirimkan ceritamu ke Redaksi@wonosoboclick.com dengan subject”CatetanDolan”.