![]() |
Ilustrasi: Telaga Cebong di desa tertinggi di pulau Jawa(foto: Instagram/Wanda.) |
Wonosobo Media - Terdapat Di Wonosobo, ada sebuah tempat yang letaknya tinggi.
Saking tingginya bisa bikin kamu kagum sebab ketika kita menginjakkan kaki kita disebuah wilayah ini kita sedang menapak di desa tertinggi di pulau Jawa.
Nama tempatnya, Desa Sembungan, desa tertinggi di Pulau Jawa. Berada di sana, tersimpan sebuah telaga cantik nan mistis: Telaga Cebong.
Tenang, ini bukan kolam berisi cebong-cebong politik. Ini telaga beneran, yang indah, tenang, dan menyimpan banyak cerita.
Telaga dari Kawah Purba dan Kilauan Pagi yang Menghipnotis
Telaga Cebong bukan telaga kaleng-kaleng. Ia terbentuk dari bekas kawah purba yang kini sudah menyusut jadi sekitar 12 hektare dari ukuran awal 18 hektare.
Tapi justru karena bentuknya yang unik menyerupai berudu alias “cebong”, ia mendapat nama yang cukup mudah diingat: Telaga Cebong.
Setiap pagi, telaga ini diselimuti sinar matahari yang memantul cantik di atas permukaannya.
Efeknya kayak minyak tumpah di air, berkilauan indah, mistis, dan instagenic banget.
Wajar saja kalau jalur menuju Bukit Sikunir yang cuma sepelemparan batu dari sana, dipenuhi para pemburu sunrise yang tak pernah lupa membawa kamera.
Tapi Telaga Cebong bukan cuma cantik buat difoto. Ia juga sumber kehidupan.
Airnya dipakai para petani sekitar buat mengairi ladang kentang, carica, dan aneka sayuran khas Dieng yang kamu suka makan tapi nggak pernah mikir siapa yang nanam.
Harta Karun Kayu Hitam: Sayangnya Berakhir di Tungku Dapur
Beberapa tahun lalu, Telaga Cebong sempat direhabilitasi. Ada pengerukan sedimen biar telaganya nggak makin dangkal.
Tapi di tengah-tengah proses itu, muncullah penemuan yang bikin bulu kuduk berdiri: kayu-kayu raksasa berwarna hitam legam, keras, dan berat kayak hati mantan yang belum move on.
Konon, itu kayu purba, jenis langka yang entah bagaimana bisa tertimbun di dasar telaga.
Sayangnya, “penemuan bersejarah” ini malah berakhir tragis. Alih-alih diamankan atau diteliti, kayu-kayu itu dijual murah sebagai kayu bakar.
Iya, kayu ratusan bahkan ribuan tahun yang mungkin bisa jadi bahan museum, malah habis dijadikan bahan bakar merebus air. Sedih? Jelas.
Tapi mungkin inilah bentuk kesedihan paling lokal: ketika warisan alam dijual murah gara-gara tak dianggap penting.
Telaga di Puncak Pakuwojo dan Kisah Dua Saudara Sakti
Tapi cerita belum selesai. Di sekitar puncak Gunung Pakuwojo, ada lagi satu telaga tersembunyi.
Letaknya tak jauh dari batu besar yang disebut Pakuwojo, yang dipercaya sebagai tempat pertapaan zaman dulu.
Seperti kisah wayang yang penuh rivalitas, telaga ini menyimpan legenda tentang dua kakak beradik sakti yang bersaing adu kesaktian.
Legenda ini memang sulit dibuktikan. Tapi seperti banyak cerita rakyat di negeri ini, kebenarannya bukan poin utama.
Menjadi penting, pesan moral dan nilai budaya di dalamnya tetap hidup: tentang persaudaraan, persaingan, dan bagaimana kekuasaan bisa bikin orang tega pada saudara sendiri.
Kalau dipikir-pikir, mirip konflik internal partai zaman sekarang ya.
Telaga Cebong, Lebih dari Sekadar Tempat Wisata
Jadi, kalau kamu sedang bosan dengan pantai-pantai ramai atau kota-kota penuh mal, coba arahkan langkahmu ke Desa Sembungan.
Di sana, Telaga Cebong menanti. Bukan cuma menyajikan pemandangan cantik yang cocok buat selfie, tapi juga cerita, nilai, dan napas sejarah yang bisa kamu bawa pulang.
Datanglah pagi-pagi. Hirup udaranya. Pandangi pantulannya. Dan diam-diam, dengarkan cerita lama yang mungkin berbisik dari balik kabut.
Karena di Telaga Cebong, yang kamu temukan bukan cuma keindahan alam, tapi juga jejak-jejak manusia, alam, dan masa lalu yang tak pernah benar-benar hilang.***