Waktu Untuk Tidak Menikah, sejak
kemunculan buku ini adalah sejenis buku yang sangat ingin dibaca. Berisi 14 cerita pendek dengan
masing-masing tokoh perempuan. Penulis sendiri memang lebih menyukai buku berisi
kumpulan cerita.
Penulis buku ini, Amanatia Junda membawakan banyak tema yang
dialami tokoh seperti hubungan, sosial, pernikahan, karakter, dan independensi.
Buku yang tanpa kata pengantar ini (nilai lebih, karena buku jadi
seperti menunjukan identitasnya) adalah jenis buku yang satu hari kamu baca.
Ringan, ada di setiap keseharian, namun pola-polanya hanya akan dimengerti
segelintir orang saja. Beberapa yang memahami pola tersebut pasti akan
merasakan seperti menemukan kawan sepemikiran dalam buku ini.
Ada 14 kisah tragis soal perempuan yang
berencana menikah dan telah
melangsungkan pernikahan, buku ini mengajarkan untuk tidak terburu-buru menikah
hanya karena tradisi, atau hanya karena untuk mengganti status.
Perempuan pada akhirnya jadi pihak yang harus
paling ikhlas manakala suatu pernikahan mengalami kegagalan. Dalam buku ini pun
dikisahkan, menikah adalah pilihan, batasnya sebelum akad. Banyak tragedi
pembatalan perkawinan beberapa menit sebelum akad, perempuan diajarkan untuk
nekad manakala ia ada dalam tekanan tradisi unik segera mungkin menikah.
Buku ini juga mengajarkan, jika
sosok laki-laki yang menjadi cinta pertama setiap anak perempuan (baca : ayah)
akan sangat berpengaruh dengan pilihannya, untuk melangsungkan pernikahan
ataupun tidak. Ayah adalah cinta pertama setiap anak perempuan. Figur ayah akan
sangat mempengaruhi pandangan perempuan soal pasangan hidupnya. Ya kalau
ayahnya jahat, mana mungkin anaknya ngebet pengen nikah, begitupun sebaliknya.
Semua cerita yang dibawakan penulis
adalah cerita yang belum usai, atau telah usai dan dijadikan sebagai bagian
dalam hidup, kemudian terus berjalan seperti biasa. Penulis seakan mencoba
menyampaikan pesan akan detail-detail dalam kehidupan: agar pembaca lebih peka,
lebih saling mengerti.
"Yang kupelajari saat umurku
paruh baya, ada masa ketika manusia belajar menerima pencapaian dan
kegagalannya sekaligus. Itu mengurangi kadar depresi yang nanti akan kita
hadapi di masa tua." (103) -Waktu untuk Tidak Menikah-