Oleh: Ahmad Muzan MPd.I
Dulunya bangunan Masjid tidak berbentuk yang seperti sekarang ini,
karena mengalami proses renovasi yang berkali kali hingga bentuknya
berubah menjadi yang seperti sekarang. Kedua, Makam Kyai Walik berada di
sebelah barat Masjid Kauman sebagai indikasi bahwa sang Kyai memang
bertempat tinggal di Kauman dan menyebarkan agama islam di daerah ini
dengan memusatkan Masjid sebagai pusat penyebaran islam di daerah
Wonosobo.
Kondisi ini sama dengan makam makam para Wali yang berada di
sebalah masjid dan kebanyakan sebelah barat Masjid. Seperti makam Raden
Fatah terletak di sebelah barat Masjid Demak, Makam Sunan Ampel di
sebelah barat Masjid Ampel dan makam Sunan Kudus terletak di sebelah
barat Masjid Kudus.
Ketiga, terdapat mitos dikalangan masyarakat bahwa
Kyai Walik pernah suatu saat hendak menanam pohon beringan Walik (pohon
beringin yang daunya terbalik), beliau berkata; "cuhung ing kono besok
dadi papan sobo lan kanggo olah kanuragan " kenyataannya tempat ini
sekarang menjadi paseban dan tempat oleh raga yang dikenal dengan alon
alon. begitu juga dengan proses bakal berdirinya Masjid dan Lembaga
Pemasyarakatan.
2.
Pada masa Perang Diponegoro antara tahun 1925- 1930 tepatnya pada tahun
1829M terdapat seorang pengikut Pangeran Diponegoro yang bernama
K.R.Asmorosufi (R. Sutomarto II) dengan diikuti oleh putra beliau
K.R.Ali Marhamah serta cucu beliau meninggalkan keraton Jogjakarta
karena terjadi perselisihan antara Pangeran Diponegoro dengan Mangkubumi
yang didukung oleh Belanda. Rombongan ini bermukim di daerah Pasekan
Muntilan Kabupaten Wonosobo disamping bergerilnya rombongan ini juga
menyebarkan dakwah islam di daerah ini. selanjutnya rombangan ini
bergerak menuju daerah Sigedong Tegalgot kepil Wonosobo dan bermukim di
daerah ini dengan mendirikan lembaga pendidikan Pesantren untuk
kepentingan penyebaran agama islam dengan pengasuh utamanya cucu
K.R.Asmorosufi yang bernama KH.R.Abdul Fatah.
Beliau bermukim di
daerah ini serta mengasuh para santri yang mulai berdatangan bersama
istri beliau. Selanjutnya K.R.Asmorosufi beserta anak dan cucu yang
lainnya melanjutkan perjalanan ke daerah bendosari Sapuran dengan
mendirikan masjid serta tempat pengajian (Pesantren) untuk mengajarkan
agama islam di daerah ini. beliau mukim di daerah ini hingga wafatnya.
Pandangan ini diperkuat dengan beberapa bukti.
Pertama, di daerah
Sigedong Batureno hingga saat masih terdapat peninggalan bersejarah
seperti Masjid dan Pesantren yang hingga saat ini masih berfungsi dengan
baik sekalipun telah mengalamai renovasi. Kedua, di Bendosari Sapuran
terdapat Makam K.R.Asmorosufi dan keluarganya serta peninggalan Masjid
dan Pesantren yang hingga saat ini masih ada dan beraktivitas. Ketiga,
banyaknya keturunan K.R.Asmorosufi yang masih tinggal di daerah Wonosobo
dan menjadi tokoh agama dan masyarakat.9)