Oalah, gitu to lik? Baru tahu saya malah. Berarti disetiap larik
atau syair yang dilantunkan menyelingi tari lengger dapat di pelajari maupun
dikaji lik?” Kang Iman bertanya balik.
Ya tentu bisa kang, pertama sebelum kita masuk mempelajari makna
perlu kita tahu juntrungannya, syair seperti itu dikelompokkan ke dalam “puisi
jawa baru bukan tembang kang.”
Lho kok bisa sih lik?
“Jadi begini kang, yang dimaksud dengan “puisi Jawa baru bukan
tembang”, semata mata didasari pada pola bunyi, termasuk guru lagu, dan
pola baku dalam pembacaan, bahasa mudahnya tidak adanya susunan nada. Begitu kang.”
Tandas lik Slamet singkat.
“Nah, untuk syair
yang dilantunkan ketika Lenggeran itu bisa disebut Parikan kang. Parikan ya
suatu larikan atau baris baris bunyi dan kata.”
“Menurut buku yang pernah saya baca mengenai puisi jawa, parikan dianggap
sebagai puisi rakyat sebab hidup dan berkembang di tengah tengah rakyat, bahkan
setiap orang Jawa dapat mengucapkan sekaligus membuat parikan.”
Muatan isinya pun
beragam kang, dari nasihat, sindiran, senda gurau dan masih banyak lagi.
“Terus apa lagi
lik selain muatan isinya?” kang Iman penasaran.
Lik Slamet diam sejenak mengatur nafas dengan tangannya menjangkah
gedhang goreng yang sedari tadi diam tak bertuan, lalu meneruskan
pembicaraannya;
“Disamping itu, parikan juga mucul sebagai bagian seni
pertunjukkan, kang. Ya seperti halnya dalam pertunjukkan tari lengger ini,
dilantunkan untuk menyelingi gedhing atau sebagai isen- isen berupa cakepan.
Tutur lik slamet dengan menyeruput kopi terakhirnya, “sruuuputt.ehmm Pass ini
seruputan terakhir.”
ayo lah kita pulang
kang sudah tengah malam ini? Ajak lik slamet dengan berdiri sambil membayar
kopi dengan ubo rampenya tadi.
“Wah, tunggu dulu lik, sampean belum tuntas mbeber klasa nya
belum puas hati saya ini.“ Sanggah kang
Iman seperti masih ingin mendengarkan cerita lik Slamet.
“Sudah malam lho ini, kita sambung lagi besok tak tunggu di rumahku
kang, nanti sampean lebih puas ditambah juga bisa baca buku lo dirumahku” tutur
lik slamet menawari.
“Kalau begitu saya
duluan ya kang?”
“Oke lik oke siap
kalau begitu, saya tak pulang nanti dulu lik..” jawab singkat kang Iman ditinggal
sahabatnya pulang, yang masih ingin berselimut kabut malam dengam merenung di angkringan
mbah Wulung sembari menanti tim kebanggaannya main, bukan lain; em-yu. Ya MU!.
Wonosobo, 29 Januari 2018.