foto: IG, @fadol_photography |
Terus
meneruskan tembangannya Babadana
pangeran Gusti kawula/Ya
Allah Gusti Allah/E
... Babadana Pangeran Gusti kawula/Ya Allah Gusti Allah/Welasana kawula sun kasihana/Dhuh Gusti Pangeran kula/Ya Allah/Babadana
panggenan sun tilasane/.
“Hei kang lagi apa sampean? Serius sekali dari tadi.” Teriak kang
Iman sambil mencopot headset di telinga kang Amin.
“Esstah, sampean ngganggu wong lagi serius saja.” tukas kang Amin
sambil membetulkan headsetnya yang hanya dipasang separo saja.
Lha
mbarang sampean baru datang terlihat sibuk dengan gadgetmu kaya kids zaman
now saja. Celetuk kang Iman kepada kang Amin.
“Saya
ini sedang serius nonton rekaman pentas lenggeran tadi malam kang. Baru kali
ini saya menonton lenggeran agak ada nuansa yang beda, makanya saya rekam dan
tonton lagi sekarang.” Jawab kang Amin singkat tak luput matanya tetap di
ponselnya.
“Lik
Slamet, mbok itu kang Iman diberi rokok lagi biar ndak ngganggu saya yang lagi
ngaji ini.” Pinta kang Amin.
“Lho
lho kok saya yang ngganggu, saya kan cuma nyapa lo ndak lebih. Coba mana saya
lihat rekamanmu?”
“Tapi
sebelumnya saya minta maaf kang, bukannya ndak boleh tapi gadgetku baterainya
malahan habis.. kang”. Jawab kang Amin
“Ya
setidaknya sampean paham kan yang ada direkaman tadi mbok ceritakan biar diriku
tak penasaran, Bukan begitu lik Slamet?” Heuheuheu.. Tandas kang Iman dengan
menyapa kawannya yang sedang serius menikmati lintingannya.
“Iya
betul kang.” jawab lik Slamet singkat sambil mengangguk dengan senyum
simpulnya.
Tadi
malam di dusun sebelah dalam mengisi malam pergantian tahun baru mengadakan
pentas tari lengger kang, para penonton bergerumun memenuhi depan panggung
antusias warga sangat baik, nuansanya pun sangat lain dari biasanya kang. Kang Amin
mengawali ceritanya.
Gimana
sih? Coba langsung cerita saja tak perlu basa basi bikin penasaran saja..
tandas kang Iman penasaran.
Yang
menarik dari pagelaran lengger tadi malam yaitu menurutku kang. ya ketika bawa
celuk dan penggerong melantunkan tembang Babadan kemudian disusul
tembang tolak balak dan tak lupa eling-eling. Meski disetiap
pagelaran tentu syair ini ditembangkan namun agak sedikit berbeda nuansanya,
tambah tambah ada sedikit penjelasan makna mengenai syair tersebut. Nah ini yang
dimaksudkan kang. Apa mungkin karena bertepatan dengan malam tahun baru ya?” tandas kang Amin sambil menyeruput
kopinya.
Owalah,
begitu ya kang. Kalau menurut sampean
bagaimana lik? Tanya kang Iman.
Lha
kok tanya saya kang, biarkan kang Amin meneruskan ceritanya saja, monggo kang
teruskan? Tanggap lik Slamet.
Setelah
tembangan itu selesai, dari penggerong menjelaskan mengenai makna yang
terkandung dalam syair tersubut, bahwa didalamnya menjelaskan untuk selalu
bersyukur dalam berlaku hidup, dan berdoa memohon agar selalu di beri petunjuk
dan bimbingan oleh Gusti kang Maha Suci, dan mumpung malam ini malam pergantian
tahun baru Syamsiyyah. kita niati acara ini sebagai wasilah atau
perantara doa di tahun kedepan di tahun 2018. Tukas kang Amin memeragakan bawa
celuk tadi malam.
Meski
malam tadi sebagai mengisi malam tahun baru tetapi ilmu ilmu
Dan
kalau dilihat pada acara semalam kang, menyambut tahun baru justru dilakukan
dengan berdoa, perenungan yang secara otomatis lewat pagelaran tari lengger yang
sarat akan pituduh, pitutur, serta pepiling(pengingat). Kang Amin menambahi.
Wonosobo, 1 Januari 2018